Kawan GNFI, banyak yang berpikir bahwa “kerja di kota dengan gaji minimum tinggi” artinya hidup santai, tabungan aman, masa depan cerah. Namun kenyataannya: tidak selamanya demikian. Meski angka UMR (atau UMK/UMP) tinggi, jika biaya hidup juga tinggi—ya tetap terasa berat.
Sebaliknya, ada beberapa kota yang punya UMR relatif tinggi dan biaya hidup masih relatif terjangkau. Artikel ini akan mengajak Kawan melihat 5 kota tersebut, agar keputusan “pindah kerja” atau “memilih kota” tidak hanya berdasar gaji, tapi juga kalkulasi cermat.
Mengapa UMR Tinggi Tidak Selalu Berarti Hidup Lebih Ringan?
Pertama, mari kita pahami dulu: angka UMR (Upah Minimum Regional) atau UMK/UMP hanyalah batas bawah yang diberlakukan pemerintah untuk upah pekerja pada masa kerja tertentu. Misalnya di wilayah Jabodetabek, Dilansir dari Antara news, Pada tahun 2025, UMK Kota Bekasi ditetapkan sebesar Rp 5.690.752.
Namun, angka tersebut belum memperhitungkan secara penuh:
Biaya sewa tempat tinggal
Biaya transportasi dan waktu tempuh yang panjang
Harga kebutuhan pokok dan makan di luar
Kegiatan sosial, rekreasi, dan keinginan gaya hidup
Contohnya, di wilayah Jawa Barat saja, estimasi kebutuhan pokok seperti pangan, transportasi, dan tempat tinggal menunjukkan bahwa seorang pekerja bisa membutuhkan lebih dari Rp3–4 juta per bulan hanya untuk kehidupan dasar.
Dengan demikian, kota yang punya UMR tinggi, tetapi faktor-biaya hidupnya lebih terkendali bisa jadi pilihan yang lebih “layak” daripada sekadar mengejar angka tinggi tanpa melihat konteks.
5 Kota dengan UMR Tinggi, tetapi Biaya Hidup Relatif Rendah
Berikut 5 kota yang berdasarkan data terakhir menunjukkan peluang yang baik: gaji minimum relatif besar dan biaya hidup yang masih bisa dikelola. (Catatan: estimasi biaya hidup bersifat gambaran kasar, tergantung gaya hidup, tanggungan, dan lokasi tempat tinggal).
| No | Kota | UMR/UMK 2025* | Estimasi Biaya Hidup Bulanan | Alasan Mengapa Lebih “Terjangkau” |
|---|---|---|---|---|
| 1 | Kota Depok (Jawa Barat) | ± Rp 5.195.721 | ± Rp 3–4 juta (kos sederhana + makan + transport) | Dekat Jabodetabek, akses industri & transportasi baik, pilihan kos masih bervariasi. |
| 2 | Kota Tangerang (Banten) | ± Rp 5.069.708 | ± Rp 3–4 juta | Kawasan yang cukup industri & residensial, pilihan hunian sedikit lebih murah dibanding pusat kota besar. |
| 3 | Kota Bogor (Jawa Barat) | ± Rp 5.126.897 | ± Rp 3–4 juta | Walau dekat ibu kota, masih ada pilihan hunian yang lebih murah, dan transportasi yang mulai berkembang. |
| 4 | Kabupaten Karawang (Jawa Barat) | ± Rp 5.599.593 | ± Rp 3–4 juta | Industri besar dan banyak kawasan pabrik → gaji minimum tinggi; biaya hidup untuk hunian & fasilitas dasar belum semahal kota besar. |
| 5 | Kota Bekasi (Jawa Barat) | ± Rp 5.690.752 | ± Rp 3–4 juta (di area yang agak jauh pusat) | Walau banyak yang pindah ke Bekasi karena gaji minimum tinggi, jika memilih lokasi sedikit di pinggir (bukan pusat), biaya hidup bisa masih cukup terkendali. |
* Angka UMR/UMK 2025 yang paling tinggi di wilayah masing-masing.
Catatan: Estimasi biaya hidup adalah rata-rata kasar dan bisa sangat bervariasi.
Apa yang Harus Kawan Perhitungkan jika Memilih Kota Tersebut?
1. Pilihan Tempat Tinggal
Pilihan kos atau kontrakan sangat memengaruhi. Di kota besar, kos bisa lebih mahal karena dekat pusat. Jika Kawan memilih di area pinggiran, biaya bisa jauh lebih rendah.
2. Transportasi dan Waktu Tempuh
Waktu tempuh panjang dan biaya transportasi bisa menggerus pendapatan. Kota industri atau pinggiran kota besar masih punya peluang transportasi lebih hemat.
3. Gaya Hidup dan Tanggungan
Jika masih single dan bisa hidup minimalis, gaji Rp5 juta ke atas sangat mungkin cukup. Namun, jika sudah punya keluarga, tanggungan anak, atau lifestyle tertentu—angka itu bisa jadi belum memadai.
4. Potensi Karier ke Depan
Gaji minimum tinggi bisa jadi menarik awalnya. Namun, yang lebih penting adalah potensi kenaikan gaji, peluang kerja, dan skill yang bisa berkembang di kota tersebut.
Pilih Kota dengan Bijak, Bukan Sekadar Angka
Kawan GNFI, gaji minimum tinggi memang menarik — tetapi jika biaya hidup di kota tersebut juga tinggi, maka nominal tersebut bisa terasa “pas-pasan”. Sebaliknya, memilih kota dengan gaji yang baik dan biaya hidup yang terkendali bisa jadi langkah yang lebih strategis.
Singkatnya: orang yang benar-benar “sejahtera” bukan yang hanya mendapat gaji besar, tapi yang bisa mengatur hidupnya dengan baik, memilih lokasi yang tepat, dan memanfaatkan peluang berkembang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News