memahami peristiwa lewat panji koming komik strip yang tidak hanya sekadar lucu - News | Good News From Indonesia 2025

Memahami Peristiwa lewat Panji Koming, Komik Strip yang Tidak Hanya Sekadar Lucu

Memahami Peristiwa lewat Panji Koming, Komik Strip yang Tidak Hanya Sekadar Lucu
images info

Memahami Peristiwa lewat Panji Koming, Komik Strip yang Tidak Hanya Sekadar Lucu


Panji Koming, salah satu komik strip yang memiliki sejarah panjang di Indonesia. Bagi Kawan yang rutin membaca atau berlangganan Harian Kompas, tentu sudah tidak asing lagi dengan komik strip yang satu ini bukan?

Komik strip yang hadir sekali seminggu ini menjadi salah satu hiburan yang bisa dinikmati oleh para pembaca. Terlebih Panji Koming juga menghadirkan kelucuan lewat cerita yang dibawakan dalam komik strip tersebut.

Namun jika dilihat lebih jauh, Panji Koming sebenarnya tidak hanya terbatas pada narasi cerita lucu saja. Komik strip ini juga menjadi media untuk merekam sebuah peristiwa yang tengah terjadi pada saat dia diterbitkan.

Apa saja yang bisa dipelajari dari komik strip yang sudah terbit selama puluhan tahun tersebut?

Panji Koming, Karya Dwi Koendoro di Harian Kompas

Dwi Koendoro merupakan sosok dibalik terciptanya komik strip Panji Koming. Komik strip ini pertama kali terbit di Harian Kompas pada Minggu, 14 Oktober 1979 silam.

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Panji Koming terbit setiap seminggu sekali, tepatnya pada Harian Kompas edisi Minggu. Selain Panji Koming, ada juga beberapa komik strip dan kartun lain yang juga terbit di halaman yang sama sejak lama, seperti Konpopilan dan Si Timun.

Penamaan "Panji Koming" sendiri merujuk kepada karakter utama yang ada pada komik strip ini, yakni Si Koming. Koming bersama sahabatnya, Pailul menjadi tokoh utama yang menjadi pusat cerita dalam setiap edisinya.

Selain itu, penamaan "Koming" juga merujuk pada sebuah singkatan, yakni "Kompas Minggu". Singkatan ini sesuai dengan waktu terbit komik strip tersebut setiap minggunya.

Merekam Peristiwa lewat Komedi

Cerita dalam Panji Koming mengambil latar waktu pada masa Kerajaan Majapahit. Dalam ceritanya, Koming dan Pailul biasanya mengomentari apa saja narasi cerita yang dibawakan pada minggu tersebut.

Peristiwa aktual juga sering diangkat dalam narasi cerita Panji Koming. Peristiwa ini mencakup berbagai hal, termasuk beberapa kejadian politik maupun berbagai kasus yang tengah hangat diperbincangkan di tengah masyarakat.

Namun narasi cerita yang berkaitan dengan peristiwa aktual ini tidak ditampilkan secara gamblang begitu saja. Dwi Koendoro meracik peristiwa tersebut sesuai dengan cerita yang dibawakan dalam komik strip ciptaannya.

Bagi pembaca yang tidak memahami konteks peristiwa yang tengah terjadi, dirinya bisa saja hanya menikmati kelucuan dari cerita yang ada dalam komik strip tersebut. Akan tetapi perasaan berbeda akan dirasakan oleh pembaca yang memahami konteks peristiwa dan menangkap pesan yang disampaikan oleh Dwi Koendoro lewat komik stripnya tersebut.

Media Pembelajaran bagi Pembaca

Cara Panji Koming dalam menyampaikan peristiwa yang tengah terjadi, khususnya yang berkaitan dengan situasi politik bisa menjadi sebuah media pembelajaran bagi pembaca. Dosen Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Mohammad Ezha Fachriza Roshady menjelaskan bahwa cara Panji Koming dalam menyampaikan pesan-pesan lewat komik stripnya ini termasuk pada pembahasan komunikasi politik dalam bidang keilmuan tersebut.

"Menarik melihat fenomena Panji Koming yang hidup di era Orde Baru, bagaimana cara menyampaikan kritik dan satire di zaman yang otoritarian, tetapi mampu menyampaikan hal tersebut tanpa terkena sensor dari pemerintah," jelas Ezha kepada tim GNFI pada Jumat, 31 Oktober 1945.

Perlu diingat, Panji Koming dulunya terbit pada saat masa Orde Baru. Pada saat itu, kontrol terhadap media sangat ketat, sehingga informasi maupun kritik yang disampaikan menjadi sangat terbatas.

Namun lewat penyampaian yang ada di Panji Koming, komik strip ini bisa terlepas dari pembredelan yang terjadi pada waktu itu. Ezha menjelaskan bahwa cara penyampaian dalam cerita Panji Koming menjadi kunci mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Dalam ceritanya, Panji Koming mengangkat tema pada masa Kerajaan Majapahit. Namun, fenomena yang tengah terjadi disampaikan tidak secara gamblang dalam narasi cerita tersebut.

Selain itu, Dwi Koendoro juga menggunakan simbol-simbol sebagai penggambaran atas peristiwa yang tengah terjadi. Cara-cara yang digunakan dalam Panji Koming ini juga menjadi media bagi masyarakat dan pembaca untuk lebih peka terhadap situasi politik.

Meskipun demikian, dibutuhkan kejelian bagi para pembaca untuk memahami pesan-pesan yang disampaikan lewat Panji Koming. "Bagi para pembaca yang cerdas, itu (Pesan dalam Panji Koming) bisa mengena. Namun bagi pembaca awam atau yang tidak paham, itu hanya bisa sekedar humor," tutur Ezha.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.