Generasi Z tumbuh dengan akses informasi yang cepat. Mereka melihat dan membaca tentang krisis sampah hampir setiap hari. Wajar bila kesadaran terhadap sampah berkembang lebih cepat. Mereka mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan untuk mengurangi sampah plastik dengan membawa botol minum (tumbler), kantong belanja kain, hingga wadah makanan.
Data dari survei Jakpat yang disadur oleh GoodStats menunjukkan bahwa 56% Gen Z memilih membawa botol minum pribadi. Pilihan ini merupakan bagian dari bentuk penolakan terhadap botol plastik sekali pakai sekaligus simbol dari gaya hidup sehat.
Di urutan kedua ada pilihan untuk menggunakan kantong belanja. 47% responden memilih memakai tas belanja yang dapat digunakan kembali. Tas belanja dinilai murah dan praktis, karena dapat dilipat kecil dan bisa dibawa ke mana pun.
Ada lagi kebiasaan lain, yakni membawa wadah makan sendiri. Kebiasaan membawa makanan dari rumah memang sudah ada sejak dulu. Namun kini berkembang dalam bentuk baru. Sebanyak 46% Gen Z membawa wadah makan sendiri saat membeli makanan di luar.
Benar, Gen Z membeli makanan di luar dengan membawa wadah sendiri. Tren yang menarik, bukan?
Menjauhi Plastik Sekali Pakai
Survei Jakpat tersebut melibatkan 1.155 responden Gen Z. Gen Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997–2012. Komposisi gender dari responden cukup seimbang: 50% perempuan dan 50% laki-laki.
Sebaran tempat tinggal juga beragam. 44% Pulau Jawa non-Jabodetabek, 28% Jabodetabek, dan 28% luar Jawa. Survei dilakukan secara online pada 6–9 Desember 2024 dengan margin of error di bawah 5%.
Dari hasil survei itu, diketahui bahwa ada beberapa cara lain yang dilakukan Gen Z untuk mengurangi sampah. Sebanyak 39% responden mengaku berusaha menghindari plastik sekali pakai. Sepertiga responden (36%) memilih mengurangi pembelian produk kemasan. Sebanyak 31% Gen Z memilah sampah di rumah. Pemilahan sampah adalah fondasi dari sistem pengelolaan yang baik. Tanpa pemilahan, tentu proses daur ulang jadi lebih sulit.
Tren Penggunaan Tumbler, Jadi Gaya Hidup
Pandemi Covid-19 menjadi momentum yang mempercepat penggunaan tumbler dan kantong belanja kain di Indonesia. Padahal, gerakan untuk mengurangi penggunaan sampah sudah dimulai sejak tahun 2010. Ada beberapa alasan kuat yang membuat kebiasaan ini makin meluas pada periode 2020–2022.
Pandemi membuat banyak orang fokus pada kesehatan. Mengurangi minuman kemasan, membawa air sendiri, atau makan dari wadah pribadi dianggap lebih sehat. Selain itu, sejumlah aturan larangan plastik sekali pakai yang direncanakan sejak 2018–2019 kebetulan mulai berlaku pada 2020, tepat saat pandemi dimulai.
Nah, tren ini membuat orang-orang jadi lebih sering memakai tumbler. Dampaknya, muncul budaya baru. Orang-orang mulai mengoleksi tumbler.
Tumbler, menjadi bagian produk lifestyle. Karena selalu dibawa ke depan publik, tumbler menjadi bagian dari identitas. Ini sama halnya dengan wadah Tupperware yang sempat ramai menjadi tren di kalangan ibu-ibu.
Kalimat, “Jangan hilangkan Tupperware mama!” sering terdengar di telinga kita. Nah, siapa yang pernah dimarahi ibu karena Tupperware tertinggal di kolong meja kelas, bahkan hilang? Wajar saja, mengingat harga per kotaknya bisa mencapai ratusan ribu rupiah.
Begitupun tumbler, botol minum yang kini telah hadir dengan berbagai varian bentuk, spesifikasi, dan harga. Jika dulu ibu-ibu menjaga Tupperware, kini Gen Z merawat tumbler dari berbagai merek dengan perasaan yang sama.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News