Jamur merupakan kelompok organisme yang tergolong dalam Kingdom Fungi berdasarkan klasifikasi makhluk hidup. Sel penyusun tubuh jamur berbeda dibandingkan makhluk hidup lain, yaitu sel hifa yang memiliki bentuk menyerupai benang.
Beberapa orang masih mengira dengan salah bahwa jamur adalah salah satu jenis tumbuhan. Padahal banyak penciri vital pada jamur yang tidak ditemukan pada tumbuhan.
Selain penyusun tubuhnya yang berupa sel hifa, hal yang membedakan jamur dengan tumbuhan yaitu dindingnya dari kitin serta tidak ditemukan adanya klorofil (zat hijau daun).
Jamur dapat ditemukan dalam berbagai ukuran, mulai dari yang seukuran kuku jari hingga lengan manusia. Sementara itu, jamur yang berukuran mikroskopis dalam konteks awam dan akademik memiliki perbedaan penyebutan.
Dalam pembahasan akademik cendawan (fungi) terdiri dari jamur (makroskopis), khamir (mikroskopis multiseluler), dan kapang (mikroskopis uniseluler).
Sebagian masyarakat masih menganggap jamur adalah makhluk hidup pembawa penyakit dan memberikan efek negatif lainnya bagi kehidupan manusia. Memang beberapa jamur tergolong sebagai makhluk hidup patogen, seperti misalnya jamur penyebab penyakit kulit (dermatofita) dan jamur penyebab infeksi pada tubuh.
Dalam bidang pertanian beberapa komoditas tanaman juga rawan mengalami kerusakan atau kematian akibat jamur, contohnya penyakit karat pada jagung (penyebab: Puccinia sp.) dan penyakit layu pada tomat atau cabai (penyebab: Fusarium sp.)
Kendati demikian, melalui eksplorasi di bidang ekologi, bioprospeksi, dan bioteknologi jamur rupanya jamur dapat memberikan manfaat besar bagi kelangsungan bumi dan manusia di dalamnya.
Jamur secara alami tumbuh di permukaan tanah, kayu, atau serasah daun diantara hutan dan pepohonan. Makhluk hidup seperti tumbuhan dan hewan di hutan yang telah mati didegradasi oleh jamur dan diubah menjadi bahan anorganik melalui siklus nutrient.
Asosiasi jamur dengan akar tumbuhan (mikoriza) juga dapat membantu fiksasi nitrogen oleh bakteri akar dan mobilisasi forfor dalam akar.
Interaksi jamur dengan makhluk hidup lainnya di hutan terjadi secara mutualisme. Jamur memberikan akses lebih luas kepada penyerapan nutrisi penting, seperti fosfor dan nitrogen sementara beberapa jamur mendapatkan asupan karbon dari pengolahan kompleks oleh tumbuhan.
Hubungan yang terjalin diantara akar tumbuhan ini membentuk proses yang disebut carbon sequestration, penangkapan karbon dari atmosfer dan penyimpanan dalam jangka panjang di dalam akar.
Proses penting ini bermanfaat bagi peningkatan kesuburan tanah dan berperan penting dalam mengurangi emisi karbon yang dihasilkan di dunia. Proses tersebut dapat diadaptasi sebagai upaya penyerapan karbon berlebih di atmosfer sehingga mendukung aksi adaptasi iklim.
Salah satu sifat jamur adalah kemampuan penyerapannya yang sangat baik terhadap berbagai senyawa. Saat ini aktivitas produksi manusia juga menghasilkan berbagai polutan berbahaya bagi lingkungan, misalnya logam berat, plastik, limbah farmasi, dan limbah B3.
Beberapa jenis jamur mampu menyerap senyawa berbahaya tersebut dan mengubahnya menjadi senyawa non toksik.
Mekanisme lainnya adalah dengan menghasilkan enzim pengubah zat polutan tersebut ke dalam tanah. Peneliti saat ini terus mengembangkan teknologi remediasi berbasis makhluk hidup (bioremediasi) dengan jamur sebagai salah satu agen yang paling potensial.
Maanfaat jamur sendiri bagi manusia sangat luas, baik sebagai bahan makanan, obat-obatan, atau kosmetik. Jamur yang sudah umum dikonsumsi misalnya jamur tiram, jamur shitake, dan jamur salju.
Bahan makanan berbasis jamur memiliki keunggulan dibanding hewan dan tumbuhan, yaitu kadar kalorinya yang lebih rendah dan sumber protein yang lebih tinggi.
Dalam bidang medis dan kosmetik sendiri kandungan antiimflamasi, antibakteri, dan antivirus di jamur memberikan efek positif bagi kesehatan tubuh dan kulit. Menurut Mushroom Council makronutrien (selenium, vitamin D, vitamin B6) dalam jamur juga dapat mendukung sistem imun dalam tubuh.
Agar dapat memanfaatkan dengan baik potensi besar jamur bagi kelangsungan hidup bumi dan manusia pemangku kebijakan dapat mendorong riset berbasis jamur dengan berfokus pada pendataan biodiversitas dan pengembangan bioprospeksi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News