Ada sebuah cerita rakyat dari Sumatera Barat yang mengisahkan tentang legenda Sutan Binu Alim. Legenda ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang tidak diterima oleh orang tuanya hanya karena tafsiran mimpi ketika dia lahir dulunya.
Simak kisah lengkah dari legenda Sutan Binu Alim dalam artikel berikut ini.
Legenda Sutan Binu Alim, Cerita Rakyat dari Sumatera Barat
Dikutip dari buku Ceritera Rakyat Daerah Sumatera Barat, dikisahkan pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami istri yang bernama Tuanku Tua dan Putri Lindung Bulan. Pasangan ini sudah menikah sejak lama.
Meskipun demikian, mereka masih belum dikaruniai satu orang pun anak. Berbagai upaya sudah dilakukan agar mereka bisa mendapatkan momongan seperti apa yang diinginkan.
Pada suatu malam, Putri Lindung Bulan mengalami sebuah mimpi. Dalam mimpinya, Putri Lindung Bulan melihat bulan jatuh ke pelukannya.
Keesokan harinya, dia menceritakan mimpi tersebut pada Tuanku Tua. Setelah melihat buku nujum, ternyata mimpi ini menjadi tanda bahwa Putri Lindung Bulan akan segera mengandung.
Alangkah bahagianya perasaan pasangan suami istri tersebut. Tidak lama kemudian, Putri Lindung Bulan benar-benar mengandung anak pertama mereka.
Sembilan bulan berlalu, Putri Lindung Bulan kemudian melahirkan seorang anak yang tampan. Namun ada sedikit keanehan ketika anaknya tersebut lahir.
Anak ini membawa sehelai kain dan sebongkah emas bersamanya. Tuanku Tua kembali mengecek buku nujum untuk melihat pertanda apa yang menyertai kelahiran anaknya.
Namun dia tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Tuanku Tua dan Putri Lindung Bulan kemudian membawa putranya ini pada seorang ulama besar di sana, yakni Tuanku Syah Panjang Jenggot.
Tuanku Syah Panjang Jenggot memiliki banyak buku nujum yang lengkap. Setelah memahami maksud kedatangan Tuanku Tua dan Putri Lindung Bulan, dia langsung mencari makna dari kelahiran putra mereka tersebut.
Ternyata tanda kelahiran ini menunjukkan bahwa anak mereka akan menjadi ulama besar kelak. Selain itu, terlukis nama "Binu Alim" di kening anak tersebut.
Nama ini kemudian disematkan untuknya, yakni Sutan Binu Alim. Namun muncul pikiran jahat di dalam benak Tuanku Syah Panjang Jenggot ketika mengetahui hal ini.
Jika putra ini akan menjadi ulama besar, maka dia bisa mengalahkan reputasi yang dimilikinya nanti. Oleh sebab itu, Tuanku Syah Panjang Jenggot berkata bahwa anak Tuanku Tua dan Putri Lindung Bulan akan menjadi orang jahat nantinya.
Tuanku Tua menelan mentah-mentah perkataan Tuanku Syah Panjang Jenggot. Dirinya kemudian memutuskan untuk membuang Sutan Binu Alim ke dalam hutan.
Sutan Binu Alim ditinggalkan di bekas telapak kaki gajah yang ada di dalam hutan. Namun keesokan harinya, ternyata para gajah membawa kembali Sutan Binu Alim ke rumah orang tuanya.
Tuanku Tua merasa kesal melihat hal itu. Kali ini dia berniat untuk membuang Sutan Binu Alim ke sarang harimau.
Namun kejadian serupa terjadi lagi. Keesokan harinya, Sutan Binu Alim kembali dibawa oleh para harimau ke rumah orang tuanya.
Emosi Tuanku Tua akhirnya memuncak. Dia tidak sudi membesarkan anak yang kelak dianggap akan menjadi orang jahat.
Dirinya kemudian mengambil golok dan memotong Sutan Binu Alim menjadi tiga bagian. Setelah itu, Tuanku Tua memasukkannya ke dalam karung dan membuangnya ke dalam hutan.
Hal ini ternyata dilihat oleh Raja Burung Opa dan Raja Ular yang ada di sana. Mereka kemudian memutuskan untuk merawat Sutan Binu Alim.
Berkat kesaktiannya, Raja Ular kembali menyambung tubuh Sutan Binu Alim yang sudah terpotong. Di sisi lain, Raja Burung Opa mengambil air kehidupan di Gunung Ledang dan memberikannya kepada Sutan Binu Alim hingga dia pulih seperti semula.
Seiring berjalannya waktu, Sutan Binu Alim tumbuh dewasa. Raja Burung Opa dan Raja Ular kemudian menjelaskan asal usul pemuda tersebut dulunya.
Sutan Binu Alim kemudian memutuskan kembali ke rumah orang tuanya. Sesampainya di sana, dia meminta Tuanku Tua untuk kembali menerima dirinya sebagai anaknya.
Namun permintaan ini ditolak mentah-mentah oleh Tuanku Tua. Akhirnya Sutan Binu Alim meminta pusaka yang dia bawa ketika lahir, yakni sehelai kain dan bongkahan emas sebagai bekal melakukan pengembaraan.
Tidak lama setelah Sutan Binu Alim pergi, tiba-tiba petir besar menyambar rumah Tuanku Tua. Rumah tersebut hancur lebur dan menghabisi semua harta yang dia miliki.
Tuanku Tua akhirnya menerima ganjaran atas perbuatan yang sudah dia lakukan. Sementara itu, Sutan Binu Alim benar-benar memenuhi takdirnya, menjadi ulama besar dan menyebarkan ilmu bermanfaat bagi masyarakat.
Begitulah kisah dalam legenda Sutan Binu Alim, salah satu cerita rakyat dari daerah Sumatera Barat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


