kenapa laki laki lebih mudah tumbang saat sakit jawabannya ada pada hormon - News | Good News From Indonesia 2025

Kenapa Laki-laki Lebih Mudah Tumbang Saat Sakit? Jawabannya Ada pada Hormon

Kenapa Laki-laki Lebih Mudah Tumbang Saat Sakit? Jawabannya Ada pada Hormon
images info

Kenapa Laki-laki Lebih Mudah Tumbang Saat Sakit? Jawabannya Ada pada Hormon


Tahukah Kawan, jika ternyata sistem kekebalan tubuh kita tidak bekerja sendirian? Imunitas turut dipengaruhi oleh hormon seks, yaitu estrogen, progesteron, dan testosteron. Pada laki-laki dan perempuan, kadar masing-masing hormon tersebut berbeda. Akibatnya, tingkat kekebalan tubuh antara perempuan dan laki-laki juga berbeda.

Hormon adalah zat kimia pembawa pesan. Hormon mempengaruhi banyak hal dalam tubuh manusia, mulai dari suasana hati, metabolisme, hingga reproduksi. Nah, yang jarang diketahui, hormon juga ikut menentukan seberapa kuat, seberapa cepat, dan seberapa tenang sistem kekebalan tubuh dalam merespons ancaman.

Penelitian yang dimuat dalam Frontiers in Immunology, menunjukkan bahwa hormon seks, seperti estrogen, progesteron, dan testosteron, berperan besar dalam membentuk perbedaan respons imun antara laki-laki dan perempuan.

baca juga

Estrogen: Penguat Sistem Imun Feminin

Estrogen sering disebut sebagai hormon perempuan. Hormon ini juga sering kali dikaitkan dengan peran reproduksi. Padahal, perannya tidak hanya perihal urusan reproduksi. 

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa estrogen mampu meningkatkan produksi antibodi, yaitu protein yang membantu tubuh mengenali dan melawan patogen seperti virus dan bakteri (Frontiers in Immunology, 2018).

Dalam kadar tertentu, estrogen dapat menenangkan peradangan. Ini dapat terlihat pada saat kehamilan, ketika tubuh perempuan mampu menekan reaksi imun berlebihan agar janin tetap aman.

baca juga

“Studi pada awal tahun 1940-an memastikan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam memproduksi antibodi. Peningkatan reaktivitas imun pada perempuan ini membantu membangun resistensi yang efektif terhadap infeksi dan oleh karena itu perempuan kurang rentan terhadap infeksi virus,” kata Veena Taneja, Departemen Imunologi dan Reumatologi, Mayo Clinic, Rochester, MN, Amerika Serikat.

Akan tetapi, estrogen tidak selalu memberikan dampak positif. Estrogen juga dapat meningkatkan pelepasan histamin, yakni zat yang terlibat dalam reaksi alergi. Inilah sebabnya mengapa sebagian perempuan mengalami alergi atau reaksi inflamasi yang lebih kuat pada fase tertentu dalam hidupnya.

Dalam kondisi tertentu, sistem imun justru menyerang jaringan tubuh sendiri. Inilah yang disebut penyakit autoimun. Fenomena ini sedikit menjelaskan kenapa perempuan cenderung lebih tahan terhadap beberapa infeksi, tetapi juga lebih sering mengalami penyakit autoimun. Data menunjukkan bahwa sekitar 80% penderita penyakit autoimun adalah perempuan. 

baca juga

Progesteron: Penjaga Keseimbangan Sistem Imun

Jika estrogen sering menguatkan sistem imun, maka progesteron berperan sebagai penyeimbang. Progesteron sering dijuluki sebagai imunomodulator, yaitu zat yang membantu mengatur agar sistem imun tidak bereaksi berlebihan.

Seperti hormon lain, progesteron pun bekerja optimal hanya pada kadar tertentu. Saat kadarnya tinggi, misalnya selama kehamilan, banyak perempuan mengalami penurunan gejala penyakit autoimun. Namun pada saat yang sama, progesteron juga dapat menekan respons antivirus, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi tertentu.

Sebaliknya, saat kadar progesteron menurun, misalnya pada perimenopause, sistem imun bisa menjadi lebih tidak stabil. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kondisi ini berkaitan dengan meningkatnya frekuensi infeksi dan kambuhnya penyakit autoimun.

baca juga

Testosteron: Mengapa Imunitas Laki-laki Berbeda

Testosteron, hormon yang dominan pada laki-laki, memiliki efek yang berbeda. Secara umum, testosteron cenderung menekan respons imun, terutama yang berkaitan dengan peradangan. Hormon ini mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi dan menurunkan aktivitas beberapa sel imun.

Efek ini membuat tubuh laki-laki relatif lebih tenang dari peradangan kronis. Sistem imun yang lebih tenang memiliki sisi baik. Laki-laki secara umum lebih jarang mengalami penyakit autoimun, yaitu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh justru menyerang jaringan tubuh sendiri. Penyakit seperti lupus atau sklerosis multipel jauh lebih sering dialami perempuan.

baca juga

Karena respons imun tidak terlalu agresif, tubuh laki-laki sering lebih lambat merespons infeksi. Virus atau bakteri punya waktu lebih lama untuk berkembang sebelum akhirnya dilawan. Akibatnya, ketika gejala muncul, kondisinya sering terasa lebih berat.

Inilah salah satu alasan mengapa laki-laki cenderung mengalami komplikasi yang lebih serius atau efek yang lebih berat pada beberapa penyakit infeksi, seperti flu berat atau pneumonia.

baca juga

Mengapa tubuh laki-laki dirancang demikian?

Sebagian ilmuwan melihatnya dari sudut pandang evolusi. Sistem imun yang sangat aktif membutuhkan energi besar. Pada laki-laki, testosteron mendorong tubuh untuk mengalokasikan energi pada pembentukan otot, kekuatan fisik, dan fungsi reproduksi. Agar energi tidak terkuras berlebihan, sistem imun dibuat lebih efisien dan tidak terlalu agresif.

Dengan kata lain, kondisi ini bukanlah kelemahan, melainkan suatu strategi biologis yang memang dirancang berbeda.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.