#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung
Sebagaimana yang sudah kawan GNFI ketahui, gamelan merupakan alat musik tradisional yang berasal dari jawa tengah. Gamelan juga telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb). Alat musik ini mengantongi nilai filososis yang mendalam berkenaan kehidupan manusia. Sudah sepatutnya untuk melestarikan makna dan keberadaan gamelan.
Pusat kerajinan gamelan terbesar dunia terdapat di Desa Wirun, yang letaknya di kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. Kawan GNFI pasti telah mengenal desa ini sebagai destinasi wisata kerajinan budaya lokal gamelan. Dikutip dari visitjawatengah.jatengprov.go.id, Desa Wirun menjadi satu-satunya sentral industri gamelan di Jawa Tengah yang berkembang sejak tahun 1954 dan memiliki belasan besalen (perajin) hingga sekarang.
Salah satunya perajin gamelan yang bersedia membagikan ceritanya adalah Karsimin. Beliau kerap disapa Pak karsimin, merupakan perajin gamelan sejak tahun 2016. Sampai saat ini beliau masih produktif membuat gamelan. Gamelan yang dibuat beliau adalah bonang, kempul, dan gong.
Diwawancarai tentang alasan menjadi perajin gamelan, Pak Karsimin menjawab ini adalah bentuk untuk melestarikan budaya Jawa. “Untuk nguri-uri budaya Jawa” katanya pada tim kami (28/10/2023). Dengan alasan inilah yang menjadikan beliau masih betah menjadi perajin gamelan. Walau banyak lika-liku dalam perjalanan menjadi perajin gamelan.
Apalagi saat covid-19 melanda Indonesia hampir selama 3 tahun. Acara pagelaran seni dan budaya banyak yang dibatalkan. Akibatnya, pemesan gamelan Pak Karsimin juga ikut membatalkan pemesanannya. Setelah itu, Pak Karsimin hampir tidak mendapat pemesanan gamelan sama sekali. Padahal membuat gamelan merupakan mata pencaharian utama beliau. Namun, begitu kondisi membaik beliau beryukur mendapat pemesanan lagi.
Untuk menjaga kualitas Gamelan, Pak Karsimin hanya menggunakan bahan campuran tembaga dan timah. Beliau tidak ingin menggunakan kuningan atau besi yang merusak kualitas gamelan. Untuk pengerjaan gamelan Pak Karsimin dibantu 8 pekerja yang masuk setiap hari. Dalam sehari, beliau dapat membuat 5 buah bonang, 2 kempul, dan 1 gong. Pak Karsimin membuat gamelan berdasarkan pemesanan yang masuk. Pemesanan ini datang dari pulau Bali, Kalimantan, dan Jawa.
Pembuatan gamelan dimulai dari tembaga dan timah yang dilebur dalam suatu wadah tanah liat. Kemudian campuran tembaga dan timah tersebut dituangkan ke dalam cetakan. Cetakan yang digunakan tergantung ukuran gamelan yang diminta pemesan. Selanjutnya campuran dibiarkan dingin hingga menjadi flat.
Flat lalu dipanaskan dan ditempa hingga menghasilkan bentuk yang diharapkan. Untuk membulatkan gamelan menggunakan alat yang dinamakan kolong. Proses penampaan gamelan membutuhkan banyak tenaga dan waktu. Maka dari itu, proses ini melibatkan semua pekerja pak Karsimin. Waktu penampaan biasanya kurang lebih selama dua jam.
Selanjutnya dilakukan penyetelan nada gamelan oleh pak karsimin sendiri. Sebagaimana kawan GNFI ketahui, penyetelan nada gamelan banyak dilakukan berdasarkan insting. Begitu juga dengan penyetelan gamelan yang dilakukan oleh pak Karsimin. Pak Karsimin hanya mengikuti bunyi suara gamelan yang sudah ada sejak dahulu. Walau begitu gamelan yang dibuat oleh pak Karsimin sudah sesuai dengan standar bunyi gamelan.
Sewaktu ditanya soal harga gamelan, yang kawan GNFI ketahui gamelan memiliki harga yang cukup mahal. Harga gamelan yang mahal, lantaran proses pembuatan yang tidak mudah. Pak Karsimin hanya memaparkan kalau harga gamelannya tergantung dengan ukuran gamelan. “Harga untuk bonang sekitar 1,3 juta, kalau untuk gong yang diameter 80 cm sekitar 13 juta, jadi tergantung ukuran” ucap pak Karsimin. Namun sayangnya sewaktu ditanya soal pendapatan menjadi perajin gamelan beliau sendiri tidak dapat memperkirakannya. Alasannya sebab beliau tidak membukukan pendapatannya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News