Sebuah kota yang terletak di bawah kaki Gunung Ciremai Provinsi Jawa Barat. Selain dikenal wisata alamnya, Kota Kuningan juga memiliki banyak kebudayaan tradisional. Salah satunya Sapton dan Panahan tradisional. Tradisi menguji ketangkasan melempar tombak ke dalam lingkaran sambil menunggangi kuda.
Tradisi Saptonan ini biasanya rutin diadakan setahun sekali ketika menyambut Hari Jadi Kota Kuningan saja. Makna filosofis yang terkandung dalam tradisi Sapton menunjukkan nilai heroisme dalam membela negara, serta kekompakan pemerintah dengan rakyatnya.
Sejarah Saptonan dimulai pada masa Kerajaan Kajane, ketika itu para demang (Kepala Desa) dan ponggawa menampilkan aksi saptonan saat upacara sebagai wujud ketaatan dan kepatuhan kepada Raja.
Persembahan yang mereka berikan untuk Raja merupakan simbol atas tercapainya kemakmuran bagi seluruh rakyat Kuningan. Kegiatan dalam acara tradisi Sapton selalu menampilkan parade keprajuritan, ketangkasan dalam berkuda, atraksi seni dari tiap kademangan (kelurahan) dan panahan tradisional.
Suasana dalam menyaksikan pertunjukan terkesan tradisional karena menggunakan pakaian tradisional dengan diiringi musik khas Sunda. Awal acara diawali dengan membunyikan Goong Renteng dilanjutkan dengan penampilan tari persembahan, panahan, pembacaan ringkasan sapton dan diakhiri doa.
Pada pagelaran tersebut akan menceritakan kembali Kerajaan Kajene dengan menghadirkan para tokoh Adipati (Bupati), Patih (Wakil Bupati), Mantri Jero (Sekda), serta para Tumenggung (Camat) yang telah dirias dengan pakaian kerajaan. Lima kawadanan beserta pasukan uda saling beriringan untuk menampilkan atraksi seni yang unik di hadapan Raja. Dilanjutkan pupuhu demang memberikan laporan yang akan langsung ditanggapi oleh Raja (Bupati).
Setelahnya, tiap kawedanan akan melakukan penyerahan simbolis berupa tombak dan panahan kepada para peserta. FORKOMPIMDA (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) akan melakukan panahan tradisional untuk menandakan atraksi kejuaraan ketangkasan dalam berkuda telah berakhir.
Banyak pertunjukan saat pagelaran Saptonan dimulai, ketangkasan dalam menunggangi kuda. Sebelumnya peserta yang ingin mengikuti perlombaan ini tidak boleh sembarang orang, hanya diperbolehkan untuk kepala desa saja.
Namun seiring berjalannya waktu, kini peraturannya memperbolehkan bagi kalangan umum yang memiliki kuda. Perlu diperhatikan beberapa hal bagi yang ingin mengikuti tradisi Sapton disamping ketangkasan dalam berkuda, harus selektif dalam memilih kuda pilihan yang mengerti bunyi gamelan.
Sedangkan bagi para peserta, harus menggunakan pakaian sesuai adat dan perhiasan untuk kuda yang dapat mempengaruhi penilaian lomba. Dalam perlombaan tidak hanya menampilkan atraksi berkuda saja melainkan para peserta harus memasukan sebuah tombak kedalam ember yang sudah di pasang oleh panitia di tempat yang tinggi. Jika peserta berhasil melempar melewati cincin tanpa menumpahkah ember yang digantung, maka dialah yang menjadi pemenangnya.
Meski tampak mudah, tidak sedikit peserta yang gagal menunggangi kuda ke gawang mistar karena sulit dikendalikan dan berbelok ke arah luar jalur. Selain itu, tantangan bagi para peserta untuk melontarkan tombak sambil mengendalikan kuda.
Tombak yang meleset tidak mengenai titik sasaran akan mengenai ember yang berisi air akibatnya, para peserta basah terkena air dari dalam ember tersebut. Banyak sorakan penonton yang turut meramaikan suasana di lapangan.
Tradisi yang memiliki nilai tinggi dalam budaya dan seni, banyak diminati oleh wisatawan lokal karena budaya daerah dikemas dalam suatu acara tradisional yang menarik sehingga dapat dipromosikan dari tingkat nasional hingga Internasional.
Seharusnya kegiatan yang menarik bisa mendatangkan wisatawan-wisatawan asing yang nantinya akan mendatangkan keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat Kuningan. Selain itu, Kegiatan tersebut menjadi upaya pemerintah dalam melestarikan nilai budaya tradisional bagi generasi muda dan melakukan promosi kepariwisataan daerah.
Referensi:
https://kuningankab.go.id/home/saptonan-tradisi-di-hari-jadi-kuningan/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News