Apakah Kawan tahu tentang permainan tradisional ndempa ndiha? Permainan tradisional yang satu ini bisa Kawan jumpai ketika berkunjung ke Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
Permainan tradisional ini bahkan sudah menjadi tradisi dan budaya yang berkembang di tengah masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini membuat permainan ndempa ndiha diwariskan secara turun temurun antar generasinya.
Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait permainan ndempa ndiha tersebut?
Sekilas tentang Desa Ngali, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat
Sebelum mengetahui pembahasan lengkap terkait ndempa ndiha, Kawan mesti mengetahui terlebih dahulu daerah asal dari permainan tradisional yang satu ini. Ndempa ndiha menjadi salah satu permainan tradisional yang berkembang di tengah masyarakat Desa Ngali, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
Desa yang berjarak 30 km dari pusat kota Bima ini berada di sisi bagian barat Pulau Sumbawa. Secara geografis, Desa Ngali merupakan daerah dataran rendah yang memiliki wilayah persawahan, hutan, hingga perkebunan di dalamnya.
Mayoritas masyarakat Desa Ngali berprofesi di bidang pertanian dan peternakan. Banyak masyarakat Desa Ngali yang mengelola sawah maupun perkebunan yang ada di wilayah tersebut.
Selain itu, beberapa masyarakat lainnya juga menjadi penggembala hewan ternak, seperti sapi maupun kambing. Secara umum, masyarakat yang mendiami desa ini memiliki latar belakang Suku Mbojo.
Sama seperti halnya suku-suku lain yang ada di berbagai daerah Indonesia, Suku Mbojo juga memiliki kekayaan adat, tradisi, dan budaya yang terus diwarisi hingga saat ini. Permainan tradisional ndempa ndiha inilah yang menjadi salah satu wujud tradisi yang berkembang di tengah masyarakat Suku Mbojo yang masih dimainkan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa pada saat ini.
Mengenal Permainan Tradisional Ndempa Ndiha
Dilansir dari artikel Cendra Irawan, Syarifuddin, dan Ratih Rahmawati yang berjudul "Makna Tradisi Ndempa Ndiha Bagi Masyarakat Desa Ngali Kabupaten Bima," dijelaskan bahwa ndempa ndiha pada dasarnya permainan ini memiliki kemiripan dengan tawuran, di mana terdapat dua buah kelompok yang bertarung satu sama lain. Meskipun demikian, terdapat aturan yang mesti dipatuhi oleh setiap pemain ketika memainkan ndempa ndiha.
Para pemain tidak diperbolehkan menyerang anggota kelompok lain dengan menggunakan senjata, seperti pisau, cincin, balok kayu, dan lainnya. Para pemain hanya boleh saling menyerang satu sama lain dengan tangan kosong saja.
Para penonton juga tidak boleh ikut campur ketika masing-masing kelompok saling serang dalam memainkan permainan ndempa ndiha. Tidak hanya itu, para pemain juga harus menjunjung rasa sportivitas, sehingga tidak boleh menyimpan dendam kepada pihak lawan.
Menurut riwayatnya, permainan ini pada mulanya muncul sebagai bentuk perlawanan masyarakat Desa Ngali terhadap pemerintah kolonial Belanda. Perlawanan ini muncul akibat adanya aturan-aturan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda yang dianggap merugikan masyarakat desa.
Pada saat ini, permainan tradisional ini biasanya dimainkan ketika musim kemarau atau panen tiba setiap tahunnya. Biasanya permainan ini dimainkan ketika sore hari selepas Ashar.
Pelaksanaan permainan ndempa ndiha yang diadakan setiap musim kemarau ini juga berdasarkan kepada kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat Desa Ngali. Menurut kepercayaan yang beredar, permainan ndempa ndiha ini memiliki makna sebagai bentuk kepercayaan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa memberikan keberkahan berupa hujan kepada mereka.
Selain itu, pelaksanaan permainan ndempa ndiha ketika masa panen juga menjadi wujud rasa syukur masyarakat atas nikmat yang mereka dapatkan dari hasil kerja keras yang sudah dijalankan selama satu tahun penuh lamanya.
Sumber:
- Irawan, Cendra, Syarifuddin, dan Ratih Rahmawati. "Makna Tradisi Ndempa Ndiha Bagi Masyarakat Desa Ngali Kabupaten Bima." Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Sosiologi. Vol. 2. No. 1. 2024.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News