Kerinci merupakan salah satu daerah yang berada di bawah wilayah administratif Provinsi Jambi. Terdapat sebuah cerita rakyat yang dipercaya oleh masyarakat di Kerinci, yakni legenda Bujang Nunggal dan Putri Harimau Pasemah.
Kisah yang ada di dalam legenda ini diwariskan secara turun temurun lewat tradisi lisan yang berkembang di tengah masyarakat tersebut. Hal ini membuat kisah legenda Bujang Nunggal dan Putri Harimau Pasemah masih beredar dan dipercaya oleh masyarakat setempat yang meyakini cerita rakyat tersebut.
Bagaimana kisah yang terdapat dalam legenda Bujang Nunggal dan Putri Harimau Pasemah tersebut?
Legenda Bujang Nunggal dan Putri Harimau Pasemah
Dilansir dari artikel Hebransyah Usman dkk. yang berjudul "Mitos Harimau dalam Tradisi Lisan Masyarakat Kerinci di Jambi," disebutkan bahwa kisah legenda Bujang Nunggal dan Putri Harimau Pasemah ini berlatar tempat di Negeri pasemah. Dalam kisahnya, Negeri Pasemah ini merupakan sebuah daerah yang terletak di Gunung Raya yang menjadi puncak tertinggi yang ada di Sumatra.
Alkisah diceritakan bahwa dulunya hidup seorang pemuda di Kerinci yang bernama Bujang Nunggal yang baru saja membangun bahtera rumah tangga. Pada suatu hari, Bujang Nunggal pergi ke ladang untuk bekerja dan meninggalkan istri dan anaknya di rumah.
Ketika Bujang Nunggal tengah bekerja di ladang, ternyata datang seekor harimau yang menghampiri istrinya. Bujang Nunggal yang panik melihat hal tersebut langsung melemparkan keris yang dimilikinya ke arah harimau tersebut.
Harimau yang terkena keris dari Bujang Nunggal langsung meringis kesakitan. Harimau tersebut kemudian lari ke hutan yang berada di kaki Gunung Raya.
Beberapa waktu kemudian, Bujang Nunggal bepergian ke hutan yang sama dengan niat untuk berburu rusa. Namun dirinya dikejutkan karena bertemu seseorang yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Orang ini mengaku sebagai hulubalang dari Negeri Pasemah yang tengah mencari pertolongan. Hulubalang ini meminta bantuan kepada Bujang Nunggal untuk bisa menyelamatkan putri raja yang tengah kesakitan.
Hulubalang tersebut menyebutkan bahwa siapa saja yang berhasil mengobati putri tersebut akan dinikahkan dengan dirinya. Mendengar permintaan hulubalang ini, Bujang Nunggal pun berangkat menuju Negeri Pasemah.
Bujang Nunggal mesti melewati tujuh sungai dengan macam air berbeda-beda untuk bisa mencapai Negeri Pasemah. Sesampainya di negeri tersebut, Bujang Nunggal justru terkejut melihat sang putri ternyata kesakitan karena tertikam keris yang dimilikinya.
Bujang Nunggal pun menyadari bahwa harimau yang dia lempar keris beberapa waktu lalu ternyata perwujudan dari putri tersebut. Akhirnya Bujang Nunggal mencabut keris yang tertancap di tubuh putri yang bernama Putri Harimau Pasemah tersebut.
Melihat kejadian ini, sang raja akhirnya memenuhi janjinya dan menikahkan Bujang Nunggal dan Putri Harimau Pasemah. Pernikahan ini membuat Bujang Nunggal memiliki dua orang istri, satu di Negeri Kerinci yang ada di kaki Gunung Raya dan Putri Harimau Pasemah di Negeri Pasemah.
Dirinya pun hidup dan menetap bersama Putri Harimau Pasemah di negeri yang berada di puncak Gunung Raya tersebut. Dari pernikahan ini, Bujang Nunggal dan Putri Harimau Pasemah dikaruniai seorang putra.
Suatu hari, Bujang Nunggal merasa rindu dengan anak dan istrinya yang berada di Negeri Kerinci. Dia pun meminta izin kepada sang raja untuk bisa mengunjungi istri dan anaknya tersebut.
Sang raja pun mengizinkan asalkan Putri Harimau Pasemah tidak meminum air langsung dari mulutnya dalam perjalanan tersebut. Sebab hal ini bisa membuat sang putri kembali ke bentuk harimau.
Bujang Nunggal menyanggupi syarat dari sang raja tersebut. Dirinya membawa sang istri beserta putranya menuju Negeri Kerinci.
Namun nahas sang putri ternyata melanggar persyaratan yang diberikan oleh raja. Akhirnya sang putri beserta anaknya kembali berubah ke dalam bentuk harimau dan meninggalkan Bujang Nunggal sendirian untuk menemui istrinya yang ada di Kerinci.
Dalam kepercayaan masyarakat Kerinci, harimau dari Negeri Pasemah ini diyakini sebagai nenek moyang yang ada di wilayah tersebut. Hal ini membuat harimau menjadi makhluk yang dihormati dalam kepercayaan masyarakat setempat.
Sumber:
- Usman, Hebransyah, dkk. "Mitos Harimau dalam Tradisi Lisan Masyarakat Kerinci di Jambi." Jurnal Pengajian Melayu (JOMAS) 25.1 (2014): 24-44.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News