Kain gambo Muba merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Musi Banyuasin, sebuah kabupaten di Sumatera Selatan, Indonesia. Sebagai salah satu bentuk kerajinan tradisional, kain gambo Muba tidak hanya memukau dengan keindahan visualnya, tetapi juga mencerminkan warisan budaya yang kaya dan mendalam.
Kain ini dikenal dengan desainnya yang khas, memiliki teknik khas metode jumputan, diwarnai dengan dicelup getah gambir, serta makna simbolis yang terkandung dalam setiap motifnya. Kini, kain gambo Muba telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat setempat.
Dikenakan dalam berbagai acara adat dan upacara penting, kain ini menjadi simbol status dan identitas budaya. Dengan kehadiran modernisasi dan perubahan gaya hidup, upaya pelestarian kain gambo Muba menjadi semakin penting untuk memastikan bahwa kerajinan ini tetap relevan dan terus berkembang.
Ragam warna kain gambo Muba./ sumber foto: instagram @gambo_muba
Sejarah Gambo Muba
Gambo Muba merupakan produk kain yang menggunakan teknik ikat jumputan. Teknik pewarnaannya memanfaatkan limbah getah gambir. Gambo Muba tercipta berawal dari lima orang pemuda, yaitu Kia Parkia Sentosa, Andi Anwar, Lendra Prima, Eko Azis Santoso, dan Husni Thamrin dari dinas setempat.
Mereka berlima diutus oleh pemerintah daerah untuk belajar mengembangkan pewarna alami dari ahlinya, Hendri Suprapto, yang merupakan konsultan pewarna alami batik dari Yogyakarta.
Pada awalnya, kain gambo dibuat untuk digunakan dalam berbagai upacara adat, perayaan, dan sebagai simbol status sosial. Kain ini sering kali dipakai dalam acara-acara penting seperti pernikahan, upacara adat, dan perayaan besar, di mana keindahannya menjadi lambang kehormatan dan identitas.
Seiring berjalannya waktu, kain gambo Muba telah mengalami beberapa perubahan dan adaptasi, namun esensinya tetap terjaga. Teknik pembuatan kain ini melibatkan penggunaan pewarna alami, yang memperkaya nilai estetika dan keunikan produk akhir.
Motif yang digunakan pada kain gambo sering kali memiliki makna simbolis yang terkait dengan budaya dan kepercayaan lokal. Kain gambo Muba tidak hanya berkembang sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, tetapi juga mulai dikenal di luar daerahnya.
Dengan semakin banyaknya minat terhadap kerajinan tradisional, kain gambo Muba mulai mendapatkan pengakuan lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Proses Pembuatan Kain Gambo Muba
Proses mengikat pola/jumputan kain gambo Muba. / sumber foto: instagram @kain_gambomuba
Kain khas Musi Banyuasin ini pembuatannya berasal dari limbah getah gambir yang di kenal dengan sebutan 'Gambo Muba'. Proses dimulai dengan memilih kain yang berkualitas, biasanya kain viscose dan sutra. Kualitas kain viscose dan sutra memengaruhi hasil akhir kain.
Selanjutnya, kain gambo diwarnai dengan pewarna alami yang dihasilkan ari limbah sisa getah gambir. Pewarnaan ini memberikan warna yang khas yaitu warna cokelat, hitam, kuning, hingga kehijauan.
Pembuatan motif kain gambo biasanya dibuat berdasarkan pola tradisional yang memiliki makna simbolis, pengrajin membuat pola atau sketsa desain yang akan digunakan dalam proses jumputan dan pewarnaan.
Setelah proses pembuatan pola, mengikat pola hingga pewarnaan, ikatan pola pada kain dibuka dan kain dicuci untuk menghilangkan sisa pewarna dan kotoran dan dijemur dalam beberapa waktu untuk mengencangkan serat dan memperbaiki tekstur akhir.
Upaya Pelestarian dan Promosi Kain Gambo Muba
Pelatihan dan Pendidikan
Program pelatihan untuk pengrajin lokal membantu melestarikan teknik pembuatan kain gambo Muba. Pelatihan ini sering melibatkan generasi muda untuk memastikan keterampilan tradisional tetap hidup.
Dokumentasi dan Arsip
Upaya dokumentasi proses pembuatan, motif, dan teknik jumputan membantu melestarikan pengetahuan budaya. Buku, video, dan pameran dapat berfungsi sebagai arsip berharga untuk generasi mendatang.
Dukungan dari Pemerintah
Dukungan dari pemerintah lokal atau nasional dalam bentuk subsidi, bantuan dana, atau fasilitas pelatihan untuk pengrajin membantu menjaga keberlanjutan produksi kain gambo.
Kemitraan dengan Lembaga Budaya
Kerja sama dengan lembaga budaya atau organisasi non-pemerintah dapat memperkuat upaya pelestarian dan meningkatkan visibilitas kain gambo.
Promosi dan Pemasaran
Mengadakan pameran atau festival yang menampilkan kain gambo Muba membantu memperkenalkan keindahan dan keunikan kain ini kepada publik luas. Acara ini juga dapat menarik perhatian media dan pembeli potensial.
Pasar dan Galeri
Penjualan kain gambo di pasar lokal, galeri seni, atau toko-toko khusus memberikan peluang bagi pengrajin untuk menjangkau pelanggan baru dan memperluas pasar.
Gambo Muba di Indonesia Fashion Week 2019. / sumber foto: instagram @gambo_muba
Upaya pelestarian dan promosi kain gambo Muba melibatkan kombinasi strategi tradisional dan modern. Dengan melibatkan berbagai pihak, dari pengrajin lokal hingga pemerintah dan masyarakat, serta memanfaatkan teknologi dan inovasi, pelestarian kain gambo dapat dilakukan secara efektif.
Dukungan yang berkelanjutan dan kesadaran publik memainkan peran penting dalam memastikan bahwa keindahan dan nilai budaya kain gambo Muba terus dikenal dan dihargai.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News