Pada awal abad ke-20, Batavia geger dengan maraknya para bandit yang berkeliaran di kota-kota. Mereka menjalankan aksinya dengan sangat kejam saat mencuri rumah-rumah orang kaya pribumi dan pejabat Belanda.
Pemerintah kolonial Belanda kalang kabut untuk menindak para bandit yang membawa senjata ini. Bila menghalang-halangi, bukan tidak mungkin tubuh mengalami luka sayatan hingga hilang nyawa.
Entong Tolo merupakan perampok cerdik yang begitu populer kala itu. Pria asal Bekasi ini membuat kewalahan pihak keamanan Belanda. Tetapi gerak-geriknya ini malah menginspirasi kalangan rakyat jelata.
Bahkan ketika polisi Belanda memburunya, warga lokal justru melindungi keberadaan Entong Tolo. Hal ini karena kebiasaan Entong yang membagi-bagikan harta orang kaya tersebut kepada rakyat jelata.
Dari pedagang
Dimuat dari Indonesia.go.id, kiprah Entong sebenarnya tidak bermula di dunia kriminal. Dirinya hanyalah seorang pedagang yang biasa berjualan untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi sikapnya berubah setelah melihat kebijakan kolonial.
Di usianya yang persis satu abad, Entong mulai menyasar rumah-rumah gedongan pribumi dan Belanda untuk diambil harta bendanya. Entong banyak mencuri barang berharga berupa uang, emas dan lainnya.
Entong dan komplotannya biasa menyasar para tuan tanah yang menjaga lahan partikelir milik pemerintah. Biasanya, tuan tanah ini meminta pajak yang sangat tinggi ke warga sehingga memberatkan.
Setelah merampok kalangan orang kaya yang dianggap pro Belanda untuk diambil seluruh hartanya. Kemudian setelah terkumpul, dia berkeliling untuk membagikan hasil rampokannya untuk warga tak mampu.
Pengaruh di Bekasi
Selamat empat tahun beraksi, banyak warga di sekitar Bekasi yang terbantu sehingga sosok Entong dihormati oleh masyarakat. Tetapi dirinya tertangkap polisi keamanan pada 1908 dan langsung diserahkan ke pengadilan.
Entong kemudian diasingkan Belanda ke Manado dan warga sekitar merasa kecewa atas kesewenang-wenangan Belanda ini. Setelah Entong diasingkan, masyarakat Bekasi mulai memberontak.
Mereka kecewa atas tindakan Belanda yang semakin menyengsarakan rakyat, terlebih karena mengasingkan Entong. Pemberontakan dilakukan warga Bekasi dengan membentuk dan terlibat aktif di berbagai organisasi gerakan sosial.
Mengutip Wikipedia, salah satu organisasi tersebut adalah Sarekat Islam (SI) yang anggotanya cukup vokal menentang Belanda. Sebagian besar anggotanya mulai dari petani, guru ngaji dan tak lupa bandit yang mengikuti jejak Entong.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
