Bubur jali-jali merupakan salah satu makanan tradisional yang berasal dari masyarakat Betawi. Tahukah Kawan bahwa bubur tradisional yang satu ini dibuat dengan bahan dasar tanaman khusus?
Berbeda dengan bubur biasa yang berbahan dasar tepung dan sejenisnya, bubur jali-jali menggunakan tanaman khusus sebagai bahan pembuatannya. Bahkan tanaman khusus yang digunakan sebagai bahan dasar makanan tradisional ini juga menjadi asal usul penyebutan nama bubur tersebut.
Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait bubur jali-jali ini? Simak ulasan lengkap terkait makanan khas Betawi tersebut dalam artikel berikut.
Asal Nama Bubur Jali-Jali
Penamaan bubur jali-jali diambil dari tanaman khusus yang menjadi bahan dasar makanan tradisional tersebut, yakni tanaman jali atau hanjeli. Dilansir dari buku Paskalina Oktavianawati, tumbuhan yang memiliki nama latin Coix lacryma-jobi L ini sejenis tumbuhan biji-bijian seperti padi.
Biji dari tanaman jali inilah yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan bubur jali-jali. Sebelum dibuat menjadi bubur, tumbuhan jali ini terlebih dahulu direndam selama lebih kurang dua jam.
Setelah itu, biji jali ini akan direbus dengan tambahan daun pandan. Setelah biji jali menjadi empuk dan mekar, maka nantinya rebusan tersebut akan ditambah dengan gula dan garam.
Dalam penyajiannya, bubur jali dimakan bersama kuah santan dan gula. Kuah santan ini dimasak terpisah dengan proses merebus biji jali sebelumnya.
Setelah semua proses pembuatan selesai, bubur jali-jali bisa dihidangkan dalam sebuah mangkok. Cita rasa manis dan gurih yang ada di setiap sendoknya akan makin menambah kenikmatan ketika memakan makanan tradisional khas Betawi tersebut.
Simbol Keakraban dan Kebersamaan
Meskipun terlihat sederhana, bubur jali-jali sebenarnya memiliki nilai yang sangat dalam. Dilansir dari laman Seni & Budaya Betawi, bubur jali dianggap sebagai simbol keakraban dan kebersamaan masyarakat Betawi.
Simbol ini berdasarkan pada proses pembuatan dan penyajian bubur jali-jali di masyarakat. Dulunya bubur ini merupakan salah satu sajian yang dihidangkan ketika masyarakat sedang melakukan aktivitas gotong royong.
Ibu-ibu yang ikut dalam kegiatan gotong royong tersebut biasanya akan memasak bubur jali-jali bersama-sama. Nantinya bubur tersebut akan disajikan ketika aktivitas gotong royong di lingkungan masyarakat sudah selesai dilakukan.
Bubur jali-jali juga sering dihidangkan sebagai menu buka puasa pada saat bulan Ramadan. Rasa manis dan gurih yang ada di dalam makanan tradisional ini menjadi alasan mengapa bubur jali-jali menjadi salah satu menu yang cocok untuk berbuka puasa.
Tidak hanya itu, makanan khas Betawi tersebut juga dikenal kaya akan berbagai macam khasiat. Biji jali yang menjadi bahan dasar bubur tersebut diketahui kaya akan karbohidrat.
Kandungan ini membuat bubur jali-jali cukup mengenyangkan ketika dikonsumsi. Kandungan karbohidrat yang ada di bubur jali-jali juga bisa menjadi sumber tenaga bagi setiap orang yang mengonsumsinya.
Selain itu, bubur jali-jali diketahui juga memiliki manfaat baik bagi kesehatan. Makanan tradisional ini dipercaya berkhasiat untuk mencegah penyakit berbahaya, seperti tumor dan kanker.
Sudah Mulai Jarang Dijumpai
Seiring berjalannya waktu, bubur jali-jali sudah makin sulit untuk dijumpai. Keberadaan biji jali yang tidak sebanyak dulu menjadi alasan mengapa makanan tradisional ini sudah jarang ditemui.
Dulunya biji jali tersebut sering tumbuh secara liar di pekarangan rumah. Namun pada saat ini, keberadaan biji jali sudah mulai langka dan sulit untuk ditemukan.
Semoga keberadaan bubur jali-jali masih bisa bertahan dan tidak tergerus zaman. Dengan demikian, generasi di masa yang akan datang masih bisa menikmati makanan tradisional khas Betawi tersebut.
Sumber:
- Oktavianawati, Paskalina. Mengenal Bubur Tradisional Nusantara. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2018.
- https://www.senibudayabetawi.com/9314/menilik-bubur-jali-sajian-khas-betawi.html
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News