Berbicara tentang warisan budaya Indonesia, terdapat salah satu warisan budaya dari Kalimantan Timur yaitu sulam tumpar yang sampai saat ini diwariskan dari generasi ke generasi.
Sulam tumpar memiliki berbagai keunikan seperti motif yang menggambarkan spirit dari salah satu suku penghuni Kalimantan Timur. Agar lebih tahu lagi, Kawan GNFI wajib menelusuri lebih jauh lewat artikel ini.
Tentang Sulam Tumpar Warisan Budaya yang Memikat Hati
Sulam tumpar merupakan seni bordir tradisional yang masih melestarikan teknik sulaman dengan memperhatikan nilai budaya. Seni bordir tradisional ini dapat ditemui di Kalimantan Timur dan berasal dari salah satu suku yaitu, Suku Dayak Benuaq.
Sulam tumpar juga menjadi salah satu kekayaan warisan budaya di Kalimantan Timur yang memiliki desain yang unik dan cukup rumit. Teknik sulam dari sulam tumpar ini biasanya diaplikasikan ke kain khusus seperti kain tenun. Peralatan yang digunakan ada jarum dan benang berwarna warni.
Pembeda Sulam Tumpar dari seni bordir lainnya dapat ditemukan melalui asal usul dan sejarah budayanya. Apalagi motif yang sering digunakan mengambil spirit dan pola yang terinspirasi dari kehidupan serta alam Suku Dayak Benuaq.
Sejarah dan Asal-Usul Sulam Tumpar
Sulam Tumpar warisan budaya yang saat ini sudah terbang ke mancanegara dan mendunia. Meski demikian, asal-usul dan perkembangan sejarah sulam tumpar tidak dapat lepas dari Suku Dayak Benuaq yang ada di Kalimantan Timur.
Sulam tumpar dikenal sebagai warisan budaya dari Suku Dayak Benuaq dan menjadi kekayaan serta keistimewaan budaya dari Kalimantan Timur yang sampai saat ini terus dijaga. Mampu berkembang hingga dikenal ke mancanegara karena terus dilestarikan dari generasi ke generasi.
Dilansir dari Indonesia Kaya sulam tumpar biasanya diaplikasikan ke sebuah kain khusus, kain tersebut adalah kain tenun ulap doyo. Kain tenun ini merupakan kain tradisional dari Kutai Barat. Kain tenun ulap doyo diperoleh dari tumbuhan doyo bagian daunnya yang satu jenis dengan gulma memiliki nama latin Curculigo Latifolia.
Sulam tumpar erat kaitannya dengan Suku Dayak Benuaq selain, menjadi seni yang berasal dari suku tersebut, seni bordir tradisional ini memang memiliki motif yang tetap menjunjung spirit suku Dayak Benuaq. Sulam tumpar sudah menjadi bagian dari kehidupan Suku Dayak Benuaq karena diaplikasikan menjadi sebuah pakaian, rok dayak, baju, hingga tas dan pernak-pernik lainnya.
Saat ini teknik sulam ini dapat ditemukan di Kabupaten Kutai Barat, beberapa masyarakat menjadi pengrajin dan menghasilkan pakaian, rok dayak atau disebut juga ulap, tas dan lainnya dari teknik sulam. Mereka melestarikan warisan budaya tersebut dengan menjadi pengrajin tangan sulam tumpar dan diperjual belikan.
Keunikan Sulam Tumpar Suku Dayak Benuaq Kalimantan Timur
Salah satu keunikan dari Sulam Tumpar adalah proses dan teknik pembuatannya yang masih manual menggunakan tangan. Bahan yang digunakan merupakan kain tenun khas dengan jarum, benang sasar, dan benang sulam yang berwarna-warni. Hal itulah yang membuat seni bordir tradisional dari Kalimantan Timur ini menjadi istimewa.
Pada zaman dahulu motif sulam tumpar biasanya diambil dari hewan seperti burung enggang, ayam hutan, lalu motif anggrek hutan, dan ukiran khas dayak. Dilansir dari Wikipedia sulam tumpar saat ini sudah memiliki 25 motif yang dikenal di Kabupaten Kutai Barat dan telah memiliki sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) sebanyak 10 motif pada tahun 2023 lalu.
Motif sulam tumpar juga masih mempertahankan spirit dari alam dan kehidupan Suku Dayak Benuaq dilihat dari penggunaan benang sulam warna yang beragam. Sampai saat ini seni bordir tradisional Suku Dayak Benuaq ini masih menjadi seni bordir yang memiliki desain rumit dan unik. Pola-pola motifnya mulai dari pola geometris hingga pola hewan dan elemen-elemen alam lainnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News