Kisah petani penjual kucing merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Madura. Dari kisah ini Kawan akan mendapatkan pelajaran bahwa rasa ikhlas dalam diri seseorang bisa mendatangkan kenikmatan nantinya.
Lantas bagaimana kisah lengkap dari petani penjual kucing tersebut? Simak cerita lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Kisah Petani Penjual Kucing
Dinukil dari buku Yusup Kristianto yang berjudul Cerita Rakyat Indonesia: 40 Cerita Rakyat Nusantara, dari Aceh sampai Papua, Disertai Lagu Anak, dikisahkan pada zaman dahulu di tanah Madura hiduplah seorang petani bernama Pak Dul. Dia tinggal bersama istri dan anaknya di sebuah rumah yang sederhana.
Keluarga Pak Dul hidup dalam taraf kemiskinan. Hasil tani yang dia dapatkan tidak bisa mencukupi kehidupan keluarganya sehari-hari.
Meskipun demikian, Pak Dul tetap bekerja keras dan pantang menyerah. Dia terus memutar otak agar keluarganya bisa keluar dari kondisi kemiskinan.
Akhirnya Pak Dul memutuskan untuk merantau ke Jawa. Dia merasa akan bisa mendapatkan lebih banyak penghasilan jika bekerja ke Jawa.
Pak Dul kemudian menyampaikan niat ini kepada keluarganya. Selain itu, dia mulai mengumpulkan uang untuk ongkos berangkat ke Jawa.
Pada saat hari keberangkatan, Pak Dul sudah mempersiapkan perbekalan beserta uang sepuluh gobang. Uang tersebut pada dasarnya hanya cukup untuk ongkos kapal saja.
Namun Pak Dul tidak menyerah. Dia berpikir yang penting bisa berangkat ke Jawa terlebih dahulu.
Nanti sesampai di Jawa dia akan mencari pekerjaan apapun juga. Akhirnya Pak Dul berangkat menuju pelabuhan dan meninggalkan keluarganya.
Sesampainya di pelabuhan, Pak Dul ternyata bertemu dengan seorang ibu tua. Ibu tua ini hendak menjual tiga ekor kucing kepada dirinya.
Ibu tua tersebut berkata bahwa dia belum makan selama beberapa hari. Karena merasa iba, Pak Dul dengan ikhlas akhirnya membeli ketiga kucing tersebut seharga tiga gobang.
Sisa uang yang dimiliki Pak Dul akhirnya digunakan untuk mencari kapal yang lebih murah. Untungnya Pak Dul masih menemukan kapal ke Jawa dengan sisa uang yang dia miliki.
Pak Dul pun melanjutkan perjalanan dengan menaiki kapal tersebut. Namun di tengah perjalanan, kapal tersebut mengalami masalah dan terdampar di sebuah pulau.
Pulau tersebut dikenal dengan nama Pulau Tikus. Penamaan ini berdasarkan pada banyaknya tikus yang berada di pulau tersebut.
Keberadaan tikus ini sering kali menyusahkan masyarakat yang tinggal di sana. Sebab tikus-tikus ini menjadi hama yang merusak hasil pertanian mereka.
Ketika melihat situasi ini, Pak Dul teringat dengan kucing yang dia beli sebelumnya. Dirinya kemudian menawarkan diri kepada masyarakat di Pulau Tikus untuk memberikan bantuan.
Pak Dul langsung melepas ketiga kucing yang dia beli sebelumnya. Ketiga kucing tersebut langsung dengan sigap mengejar semua tikus karena kelaparan.
Dalam sekejap, kucing Pak Dul berhasil menangkap banyak tikus yang menjadi hama di daerah tersebut. Masyarakat setempat merasa senang dengan bantuan yang diberikan oleh Pak Dul.
Mereka kemudian berniat untuk membeli kucing Pak Dul seharga lima dinar per ekornya. Mendengarkan hal itu, Pak Dul tentu senang dan menerima tawaran dari masyarakat Pulau Tikus tersebut.
Berkat kucing yang dia jual, Pak Dul mendapatkan uang sebanyak lima belas dinar. Pada saat itu, uang dinar dikenal memiliki nilai yang sangat tinggi dan berharga.
Berbekal uang yang dia miliki, Pak Dul kemudian membatalkan niatnya untuk pergi ke Jawa. Dia memutuskan untuk pulang kembali ke keluarganya.
Sesampainya di rumah, Pak Dul membeli tanah yang luas dengan uang yang dia miliki. Selain itu, dia mengelola tanah tersebut menjadi lahan pertanian yang subur.
Akhirnya Pak Dul berhasil mengangkat kondisi keluarganya yang awalnya berada di taraf kemiskinan menjadi serba berada.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News