Migrasi kupu-kupu raja (Danaus plexippus) adalah salah satu fenomena alam paling menakjubkan di dunia serangga. Setiap tahun, jutaan kupu-kupu raja melakukan perjalanan ribuan kilometer dari Amerika Utara ke Meksiko dan California untuk menghindari musim dingin.
Perjalanan ini dikenal sebagai "mudik" alami, di mana kupu-kupu raja bermigrasi ke tempat yang sama secara turun-temurun meskipun mereka sendiri belum pernah ke sana sebelumnya (Reppert & de Roode, 2018).
Fakta-Fakta Perjalanan Jauh Kupu-Kupu Raja
Kupu-kupu raja terkenal dengan migrasi tahunannya yang mencapai jarak hingga 4.800 kilometer (Flockhart et al., 2013). Mereka memulai perjalanan dari Kanada dan Amerika Serikat bagian utara, terbang melintasi berbagai medan sebelum tiba di hutan-hutan pegunungan Meksiko atau pesisir California.
Yang menakjubkan, kupu-kupu ini hanya memiliki umur beberapa minggu hingga beberapa bulan, sehingga migrasi ini tidak dapat diselesaikan oleh satu generasi saja. Sebaliknya, migrasi dilakukan oleh 3-4 generasi kupu-kupu secara berurutan (Oberhauser et al., 2017).
Mengapa Kupu-Kupu Raja Menempuh Perjalanan Jauh?
Alasan utama migrasi ini adalah menghindari suhu dingin yang mematikan. Kupu-kupu raja tidak dapat bertahan hidup dalam cuaca beku, sehingga mereka harus berpindah ke daerah dengan iklim lebih hangat (Brower et al., 2012).
Selain itu, migrasi juga terkait dengan ketersediaan makanan. Larva kupu-kupu raja hanya memakan tanaman milkweed (Asclepias spp.), yang tidak tumbuh di musim dingin. Dengan bermigrasi ke selatan, mereka memastikan kelangsungan hidup generasi berikutnya.
Kemana Kupu-Kupu Raja Pergi?
Kupu-kupu raja dari wilayah timur Amerika Utara bermigrasi ke Hutan Oyamel di Meksiko, khususnya di negara bagian Michoacán dan Estado de México (Slayback et al., 2007).
Di sini, mereka berkumpul dalam koloni besar di pohon-pohon fir Oyamel (Abies religiosa), yang memberikan kelembapan dan perlindungan optimal. Sementara itu, populasi kupu-kupu raja dari wilayah barat Amerika Utara bermigrasi ke pesisir California, terutama di Pacific Grove dan Santa Cruz (Espeset et al., 2016).
Meskipun kupu-kupu raja (Danaus plexippus) dikenal sebagai spesies asli Amerika, beberapa laporan menunjukkan bahwa mereka kadang-kadang terlihat di Indonesia. Kehadirannya diduga akibat introduksi tidak sengaja melalui perdagangan tanaman atau terbawa angin. Namun, tidak ada populasi yang stabil atau migrasi reguler seperti di Amerika Utara.
Di Indonesia, kupu-kupu raja sering disalahartikan dengan spesies lokal yang mirip, seperti Danaus chrysippus (African Monarch) atau Euploea spp., yang memiliki pola warna serupa (Bonebrake et al., 2014). Tidak seperti di Amerika, di Indonesia kupu-kupu ini tidak menunjukkan perilaku migrasi massal karena kondisi iklim tropis yang stabil sepanjang tahun.
Ancaman terhadap Migrasi Kupu-Kupu Raja
Sayangnya, populasi kupu-kupu raja telah menurun drastis dalam beberapa dekade terakhir akibat hilangnya habitat, perubahan iklim, dan penggunaan pestisida (Semmens et al., 2016).
Deforestasi dan berkurangnya tanaman mengancam kelangsungan migrasi ini. Upaya konservasi, seperti penanaman pohon dan perlindungan hutan, sangat penting untuk menjaga kelestarian kupu-kupu raja.
Referensi:
- Brower, L. P., Taylor, O. R., Williams, E. H., Slayback, D. A., Zubieta, R. R., & Ramirez, M. I. (2012). Decline of monarch butterflies overwintering in Mexico: is the migratory phenomenon at risk? Insect Conservation and Diversity, 5(2), 95-100.
- Bonebrake, T. C., Syphard, A. D., Franklin, J., Anderson, C. B., Akçakaya, H. R., & Mizerek, T. (2014). Fire management, managed relocation, and land conservation options for climate-change endangered species in urbanizing landscapes. Conservation Biology, 28 (5), 1376-1385.
- Espeset, A. E., Harrison, J. G., Shapiro, A. M., & Nice, C. C. (2016). Understanding a migratory species in a changing world: climatic effects and demographic declines in the western monarch revealed by four decades of intensive monitoring. Oecologia, 181(3), 819-830.
- Flockhart, D. T. T., Pichancourt, J. B., Norris, D. R., & Martin, T. G. (2013). Unravelling the annual cycle in a migratory animal: breeding-season habitat loss drives declines of monarch butterflies. Journal of Animal Ecology, 84(1), 155-165.
- Oberhauser, K., Wiederholt, R., Diffendorfer, J. E., Semmens, D., Ries, L., & Thogmartin, W. E. (2017). A trans-national monarch butterfly population model and implications for regional conservation priorities. Ecological Entomology, 42 (1), 51-60.
- Reppert, S. M., & de Roode, J. C. (2018). Demystifying monarch butterfly migration. Current Biology, 28 (17), R1009-R1022.
- Semmens, B. X., Semmens, D. J., Thogmartin, W. E., Wiederholt, R., López-Hoffman, L., & Diffendorfer, J. E. (2016). Quasi-extinction risk and population targets for the Eastern, migratory population of monarch butterflies (Danaus plexippus). Scientific Reports, 6 (1), 1-7.
- Slayback, D. A., Brower, L. P., Ramirez, M. I., & Fink, L. S. (2007). Establishing the presence and absence of overwintering colonies of the monarch butterfly in Mexico by the use of small aircraft. American Entomologist, 53(1), 28-40.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News