Kunang-kunang adalah serangga dari keluarga Lampyridae dalam ordo Coleoptera atau sekelompok (kumbang).
Terdapat lebih dari 2.000 spesies kunang-kunang di dunia, dan mereka terkenal karena kemampuan bioluminesensi, yaitu menghasilkan cahaya dari tubuhnya.
Serangga ini aktif di malam hari dan sering terlihat di daerah bervegetasi lebat seperti hutan, rawa, dan persawahan.
Badannya Kecil, Matanya Besar
Dalam jurnal The origin of photic behavior and the evolution of sexual communication in fireflies (2003), dijelaskan bahwa kunang-kunang memiliki tubuh yang relatif kecil, dengan panjang sekitar 5–25 mm.
Tubuhnya berwarna gelap hitam atau cokelat dengan garis-garis merah atau kuning. Kunang-kunang memiliki sayap keras (elytra) seperti kumbang lainnya, serta mata yang besar untuk melihat dalam gelap.
Bagaimana Kunang-Kunang Bercahaya?
Kemampuan kunang-kunang menghasilkan cahaya berasal dari reaksi kimia bioluminesensi di organ khusus di bagian bawah perutnya.
Proses ini melibatkan enzim luciferase yang mengkatalisis reaksi kimia, substrat luciferin yang bereaksi dengan oksigen, serta ATL (adenosin trifosfat) yang menyediakan energi.
Reaksi ini menghasilkan cahaya tanpa panas (cahaya dingin) dengan efisiensi energi hampir 100 persen (Lloyd, 2006). Cahaya ini berfungsi untuk komunikasi, terutama dalam menarik pasangan. Setiap spesies memiliki pola kedipan yang unik.
Beda Santapan Tiap Siklusnya
Larva kunang-kunang bersifat karnivora yang memakan siput, cacing, dan serangga kecil. Sementara kunang-kunang dewasa, beberapa spesies tidak makan, sementara lainnya mengonsumsi nektar atau serbuk sari.
Di sisi lain, predator alami kunang-kunang antara lain burung, keluar, laba-laba, dan katak.
Beberapa predator menghindari kunang-kunang karena mengandung zat kimia beracun (lucibufagins) yang membuatnya tidak enak dimakan.
Benarkah Kunang-Kunang Sudah Punah?
Kunang-kunang hidup di lingkungan yang lembab dan gelap, seperti: hutan tropis dan subtropis, rawa dan daerah berair, persawahan dan kebun, serta di tepi sungai.
Mereka sangat sensitif terhadap polusi cahaya dan penggunaan pestisida, yang dapat mengganggu siklus hidupnya.
Beberapa spesies kunang-kunang terancam akibat hilangnya habitat karena alih fungsi lahan, polusi cahaya yang mengganggu sinyal kawin, serta pestisida yang membunuh larva kunang-kunang.
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), beberapa spesies kunang-kunang masuk dalam kategori rentan, tetapi belum sepenuhnya punah (IUCN, 2021).
Menurut KLHK, di Indonesia, kunang-kunang masih dapat ditemui di daerah seperti Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Taman Nasional Way Kambas, meski populasinya menurun.
Referensi
- Branham, M. A., & Wenzel, J. W. (2003). "The origin of photic behavior and the evolution of sexual communication in fireflies (Coleoptera: Lampyridae)." Cladistics, 19 (1), 1-22.
- IUCN. (2021). The IUCN Red List of Threatened Species. Diakses dari [www.iucnredlist.org](https://www.iucnredlist.org).
- KLHK. (2020). Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
- Lloyd, J. E. (2006). "Stray light, fireflies, and fireflyers." Florida Entomologist, 89 (4), 588-592.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News