Kasus keracunan makanan massal yang baru-baru ini terjadi di sejumlah sekolah menjadi sorotan publik. Makanan yang semestinya menyehatkan justru membawa dampak buruk bagi kesehatan para siswa.
Sedianya, program MBG ditujukan untuk mendukung gizi anak-anak sekolah. Sayangnya, justru menyebabkan ratusan siswa mengalami gejala seperti mual, muntah, diare, hingga harus mendapatkan penanganan medis.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyebutkan bahwa salah satu penyebab utama keracunan tersebut adalah cemaran bakteri Escherichia coli dalam makanan. Peristiwa ini menjadi pengingat penting bahwa keamanan pangan tidak dapat dianggap sepele.
Makanan yang tampak bersih, segar, dan menggugah selera belum tentu aman untuk dikonsumsi bila tidak melalui proses pemeriksaan secara menyeluruh, terutama dari aspek mikrobiologi. Di sinilah pentingnya analisis pangan, khususnya pemeriksaan keberadaan bakteri E. coli.
Mengenal E. coli dan Mengapa Berbahaya?
Escherichia coli adalah bakteri yang biasanya hidup di dalam usus manusia dan hewan. Mahar dalam bukunya yang berjudul E. coli: Good, Bad, & Deadly menyebutkan bahwa sebagian besar jenis bakteri ini tidak berbahaya. Namun, terdapat beberapa strain yang dapat menimbulkan penyakit serius, seperti diare, gangguan pada ginjal dan sistem saraf, bahkan berpotensi menyebabkan kematian.
Bakteri E. coli dapat masuk ke dalam makanan melalui berbagai cara, seperti penggunaan air yang tercemar, penanganan bahan makanan mentah yang tidak higienis, penggunaan peralatan masak yang tidak bersih, serta praktik sanitasi yang kurang baik di dapur atau tempat produksi makanan.
E. coli sering kali tidak mengubah warna, bau, rasa, maupun tekstur produk makanan, sehingga sulit dikenali ketika makanan tersebut terkontaminasi. Dengan kata lain, makanan yang sudah tercemar bakteri ini tetap tampak normal, tetapi jika dikonsumsi dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Fungsi Analisis E. coli dalam Pangan
Analisis E. coli merupakan bagian dari pengujian mikrobiologi makanan yang bertujuan memastikan makanan tersebut layak dan aman dikonsumsi. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan di laboratorium dengan metode Most Probable Number (MPN) untuk mendeteksi keberadaan dan jumlah bakteri.
Jika kadarnya melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh standar keamanan pangan, maka makanan tersebut dinyatakan tidak layak konsumsi. Dengan demikian, risiko keracunan makanan dapat diminimalkan.
Dalam industri pangan, analisis mikrobiologi seperti ini merupakan prosedur standar yang harus dilakukan secara rutin, terutama pada produk-produk yang mudah tercemar seperti daging mentah, sayuran segar, susu, produk olahan, serta makanan siap saji.
Dengan melakukan pengujian secara berkala, produsen dapat memastikan bahwa produk yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu dan aman untuk dikonsumsi.
Sayangnya, pada skala usaha kecil atau dalam penyediaan makanan untuk kegiatan komunitas, seperti katering sekolah atau dapur umum, pemeriksaan mikrobiologi sering kali diabaikan karena dianggap rumit atau memerlukan biaya tambahan.
Padahal, kelalaian ini justru dapat menyebabkan risiko kesehatan yang jauh lebih besar dan merugikan banyak pihak.
Pentingnya Analisis Pangan dalam Kehidupan Sehari-hari dan Industri
Peristiwa keracunan makanan yang menimpa siswa sekolah seharusnya menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, terutama pemerintah, penyedia layanan makan massal, dan pelaku industri makanan.
Program makan bergizi tidak cukup hanya menekankan kandungan nutrisi, tetapi juga harus menjamin kebersihan, keamanan, dan kualitas mikrobiologis makanan.
Analisis pangan, termasuk pengujian E. coli, perlu dilakukan sebagai bagian dari langkah pencegahan, bukan sekadar respons setelah terjadi kasus keracunan. Upaya ini tidak hanya melindungi kesehatan konsumen, tetapi juga mencegah kerugian yang lebih besar, seperti penurunan kepercayaan masyarakat, tuntutan hukum, serta reputasi buruk bagi penyelenggara makanan.
Pengawasan yang ketat terhadap rantai produksi makanan, mulai dari pemilihan bahan baku, proses pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi, harus dilakukan secara konsisten. Pemerintah daerah maupun pusat perlu memastikan bahwa setiap program makan massal memiliki protokol keamanan pangan yang jelas, termasuk keharusan untuk melakukan analisis mikrobiologi secara berkala.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News