Kawan GNFI, Indonesia dikenal dengan keragaman suku dan budayanya, termasuk berbagai jenis kain tradisional yang mencerminkan masing-masing daerah.
Kain tradisional yang umumnya Kawan ketahui adalah batik dan songket, akan tetapi, Indonesia ternyata menyimpan puluhan hingga ratusan jenis kain tradisional yang unik dan otentik.
Salah satu kain tradisional tersebut ada di Sulawesi Tenggara, yang terkenal dengan tenunan khasnya.
Untuk #MakinTahuSulawesiTenggara, berikut adalah ragam kain tenun yang dapat Kawan GNFI temui, serta makna yang terkandung dalam kain tenun khas Sulawesi Tenggara.
Ragam Kain Tenun Sulawesi Tenggara
Kain tenun dari Sulawesi Tenggara memiliki keindahan yang alami hingga memberikan motif yang unik dan menarik, berbeda dari tenun lainnya.
Dengan menggunakan metode tradisional yaitu ditenun, kain ini pula memiliki corak warna alami seperti merah samar, hijau lumut, biru, dan kuning kunyit.
Motif pada kain tenun Sulawesi Tenggara memiliki keunikan tersendiri yang menjadikannya sebagai primadona dalam kerajinan tenun daerah. Daya tarik dari motif kain inilah yang bahkan berhasil menembus dan menarik pasar internasional pula.
Motif Tolaki menjadi salah satu motif dari kain ini yang paling populer, ditandai dengan penggunaan benang emas untuk membentuk garis halus dengan aksen bunga kecil.
Motif Tolaki umumnya menggunakan perpaduan warna jingga muda, abu-abu, biru laut, kuning susu, hijau lumut, dan merah samar.
Untuk kain tenun dengan pola sederhana, sering disebut sebagai kain motif hujan panas karena memiliki kilau yang dihasilkan dari benang emas.
Kain tenun Tolaki ini bagi masyarakat Sulawesi Tenggara merupakan simbol kebanggaan dalam setiap acara adat, di mana mereka merasa kurang lengkap tanpa mengenakannya saat proses adat dilaksanakan.
Motif-Motif Tenun Sulawesi Tenggara dan Filosofinya
Tenun Sulawesi Tenggara atau tenun Tolaki memiliki berbagai motif yang beragam serta memiliki arti filosofis yang dalam, yaitu:
Motif Kalo Sara
Motif Kalo Sara adalah motif tenun khas Sulawesi Tenggara yang merupakan salah satu motif sakral dari etnis Tolaki.
Motif ini menggambarkan cara hidup, pengaturan tatanan sosial hingga nilai-nilai moral yang dianut masyarakat.
Selain itu, motif Kalo Sara juga merepresentasikan akan solusi untuk mengatasi konflik sosial dan budaya di kalangan etnis Tolaki secara khusus.
Motif Jonga Bertanduk Lima
Motif Jonga Bertanduk Lima ini melambangkan kebiasaan masyarakat setempat yang sering melakukan berburu rusa.
Jonga sendiri adalah hewan khas Sulawesi Tenggara yang sudah lama menjadi objek perburuan masyarakat setempat.
Motif Pohon Sagu
Motif pohon sagu ini cukup unik dan merepresentasikan budaya masyarakat Sulawesi Tenggara dalam mengolah makanan pokok sehari-hari.
Sagu biasa diolah menjadi ‘Sinonggi’ oleh masyarakat Tolaki, dan motif pohon sagu ini mewakili segala hal yang berkaitan dengan sagu.
Motif Ake Patra
Motif Ake Patra ini menggambarkan simbol pencerahan dari Allah kepada Raja, sehingga Raja memiliki wawasan tentang keilahian dan komposisi alam semesta.
Motif Pati-Pati Pinehiku
Motif ini melambangkan hierarki dalam masyarakat serta status sosial dari suku Mekongga. Dalam motifnya terdapat tujuh tangga yang menunjukkan posisi raja, sedangkan lima tangga lainnya mewakili kesatria.
Motif Wakatobi
Motif Wakatobi ini selain menggambarkan keindahan pesisir Pulau Wakatobi, juga melambangkan kesadaran diri dan keilahian.
Motif ini diciptakan oleh produsen lokal Sulawesi Tenggara dan menjadi motif tenun yang ikonik khas Sulawesi Tenggara hingga saat ini.
Motif-motif pada kain tenun Sulawesi Tenggara ini sebenarnya menggambarkan harapan, doa, dan berbagai filosofi hidup yang menggambarkan masyarakat Sulawesi Tenggara itu sendiri.
Kain ini juga menjadi bagian yang wajib hadir dalam upacara adat sebagai bentuk kehormatan dan identitas diri.
Kain tenun Sulawesi Tenggara bukan hanya sekadar kain, tetapi menyimpan banyak warisan leluhur yang memiliki nilai filosofis tinggi.
Melalui budaya ini, Kawan dapat saling menghargai dan memahami satu sama lain, hingga tenun Sulawesi Tenggara ini menjadi mahakarya yang patut Kawan jaga keberadaannya dalam melestarikan budaya sebagai identitas bangsa.
Jadi, sudah punyakah Kawan GNFI, tenun Sulawesi Tenggara ini?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News