biografi buya hamka - News | Good News From Indonesia 2025

Buya Hamka: Kisah Ulama Modern yang Mengubah Wajah Dakwah Indonesia

Buya Hamka: Kisah Ulama Modern yang Mengubah Wajah Dakwah Indonesia
images info

Buya Hamka: Kisah Ulama Modern yang Mengubah Wajah Dakwah Indonesia


Buya Hamka adalah salah satu tokoh besar yang meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Indonesia. Melalui biografi Buya Hamka, kita dapat melihat sosok ulama kharismatik, sastrawan produktif, sekaligus pemikir modern yang mampu memadukan nilai-nilai Islam dengan tantangan zaman.

Lahir di tanah Minangkabau yang sarat tradisi dan semangat intelektual, perjalanan hidupnya mencakup perjuangan dakwah, karya sastra yang menginspirasi, hingga kiprah penting di organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia.

Kisah hidup Buya Hamka bukan hanya sejarah, tetapi juga sumber nilai dan teladan bagi generasi masa kini.

Mengenal Sosok Buya Hamka

Biografi Buya Hamka selalu menarik untuk dibahas karena sosoknya memadukan peran sebagai ulama, sastrawan, dan pemikir modern yang berpengaruh besar di Indonesia.

Lahir di Maninjau, Sumatera Barat, pada 17 Februari 1908 dengan nama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah, Buya Hamka tumbuh di tengah keluarga yang kental dengan nilai-nilai agama Islam dan budaya Minangkabau.

Lingkungan tempat ia dibesarkan dikenal sebagai pusat intelektual dan dakwah, sehingga sejak kecil ia telah terbiasa mendengar diskusi-diskusi keagamaan, perbincangan tentang adat, serta semangat pembaruan yang mengalir di tengah masyarakat.

Ayahnya bernama Haji Abdul Karim Amrullah atau Haji Rasul, salah satu tokoh ulama pembaharu paling berpengaruh di Minangkabau pada awal abad ke-20. Dari sang ayah, Buya Hamka mewarisi kecintaan pada ilmu, keberanian menyuarakan kebenaran, serta pandangan progresif terhadap pembaruan Islam.

Sementara dari garis ibunya, ia mewarisi kelembutan, empati, dan kedekatan dengan tradisi sastra lisan Minangkabau.

Julukan "Buya" berasal dari bahasa Minang yang berarti “ayah” atau “guru”, sebuah panggilan penuh penghormatan yang mencerminkan kedudukan beliau di hati masyarakat.

Kombinasi latar keluarga, budaya, dan lingkungan inilah yang membentuk pondasi karakter Buya Hamka sebagai sosok ulama yang tegas dalam prinsip, namun hangat dalam pendekatan.

Perjalanan Pendidikan dan Pemikiran Awal Buya Hamka

Sejak kecil, Buya Hamka dikenal cerdas, haus ilmu, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ia memulai pendidikannya di Sekolah Desa di Maninjau sebelum melanjutkan ke Madrasah Thawalib Padang Panjang yang diasuh langsung oleh ayahnya, Haji Rasul, seorang ulama pembaharu terkemuka.

Namun, sifat kritisnya membuat ia tak puas hanya dengan pelajaran di kelas. Ia lebih senang belajar mandiri, membenamkan diri dalam buku-buku sejarah, sastra, dan pemikiran Islam, bahkan mempelajari literatur berbahasa Arab dan Melayu secara autodidak.

Perjalanan intelektualnya semakin berkembang ketika ia mulai berinteraksi dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pembaharu Islam.

Diskusi-diskusi yang ia ikuti membawanya mengenal pemikiran reformis seperti Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh, yang menekankan pentingnya pembaruan dan kemajuan umat melalui pendidikan serta penguasaan ilmu pengetahuan.

Selain itu, pengaruh budaya Minangkabau yang egaliter, kritis, dan kaya tradisi merantau membentuk pola pikirnya yang terbuka, adaptif, dan berani menantang kebekuan pemikiran.

Kombinasi antara latar pendidikan agama yang kuat, bacaan luas, dan pengalaman sosial inilah yang kelak menjadi pondasi utama bagi cara pandang Buya Hamka dalam memadukan nilai-nilai Islam dengan pemikiran modern.

baca juga

Kiprah Buya Hamka dalam Dakwah dan Organisasi

1. Peran di Muhammadiyah

Pada usia 16 tahun, Buya Hamka bergabung dengan Muhammadiyah. Ia memanfaatkan organisasi ini sebagai wadah dakwah pembaruan Islam, menekankan pendidikan, pemurnian akidah, dan pembinaan moral umat.

Aktivitasnya membuat Muhammadiyah semakin berkembang di Sumatera Barat, bahkan merambah ke wilayah lain.

Buya Hamka juga dikenal sebagai penceramah yang memadukan bahasa sederhana dengan kedalaman ilmu, membuat dakwahnya diterima luas oleh berbagai kalangan.

Komitmennya terhadap dakwah berbasis ilmu dan akhlak membuatnya dihormati bukan hanya oleh warga Muhammadiyah, tetapi juga masyarakat umum. Semangat pembaruannya di organisasi ini menjadi salah satu tonggak penting dalam perkembangan Islam modern di Indonesia.

2. Ketua MUI Pertama

Pada 1975, Buya Hamka dipercaya menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama. Masa kepemimpinannya ditandai dengan upaya menjaga kemurnian ajaran Islam di tengah arus modernisasi.

Ia berani mengambil sikap tegas, termasuk mengeluarkan fatwa haram untuk merayakan Natal bersama umat Kristiani, yang kala itu menuai pro dan kontra. Keputusan-keputusan ini menunjukkan keteguhan prinsipnya, meski tak jarang mengundang kritik dari berbagai pihak.

baca juga

Karya-Karya Besar Buya Hamka

1. Novel Terkenal

Sebagai sastrawan, Buya Hamka meninggalkan warisan karya sastra yang abadi. Salah satu novel terkenalnya adalah Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, yang mengangkat kisah cinta tragis dengan latar adat Minangkabau dan kritik sosial terhadap diskriminasi. Novel ini hingga kini menjadi bacaan wajib dalam dunia sastra Indonesia.

Selain itu, karya seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Merantau ke Deli juga mencerminkan kemampuannya memadukan pesan moral dengan alur cerita yang menyentuh hati.

2. Karya Keislaman dan Tafsir Al-Azhar

Di bidang keislaman, karyanya yang monumental adalah Tafsir Al-Azhar. Ditulis saat ia dipenjara pada era Orde Lama, tafsir ini menjadi rujukan penting umat Islam di Indonesia.

Gaya penafsirannya menggabungkan pemahaman mendalam terhadap Al-Qur’an dengan konteks sosial-budaya masyarakat Nusantara.

Selain itu, ia menulis buku-buku keislaman populer seperti Tasawuf Modern dan Falsafah Hidup, yang memudahkan masyarakat memahami ajaran Islam secara praktis.

baca juga

Tantangan dan Kontroversi dalam Hidupnya

Perjalanan hidup Buya Hamka tidak lepas dari ujian. Ia pernah dipenjara pada 1964–1966 karena dituduh terlibat dalam konspirasi politik melawan pemerintah. Meskipun demikian, masa tahanan ini justru melahirkan karya besar Tafsir Al-Azhar.

Kontroversi lain muncul saat menjabat Ketua MUI, di mana sikapnya yang tegas sering berbenturan dengan kebijakan pemerintah atau pandangan kelompok lain. Namun, ia tetap konsisten memegang prinsip bahwa kebenaran agama harus dijaga tanpa kompromi.

Warisan Pemikiran dan Inspirasi untuk Generasi Muda

Buya Hamka adalah teladan bahwa ulama bisa menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas. Ia mengajarkan bahwa Islam bukan hanya ibadah ritual, tetapi juga panduan moral, etika, dan peradaban.

Pemikirannya menginspirasi banyak generasi untuk berpikir kritis tapi tetap berpegang pada nilai agama.

Bagi generasi muda, Buya Hamka memberikan pelajaran berharga tentang integritas, keteguhan prinsip, dan keberanian berbicara benar meski dihadapkan pada risiko besar.

Warisan pemikiran dan karyanya menjadi sumber inspirasi yang tak lekang oleh waktu, relevan untuk membangun peradaban yang berilmu dan berakhlak. Dengan meneladani semangatnya, kita dapat berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan umat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.