Bagi banyak orang Indonesia, makan nasi paling nikmat ketika masih hangat. Teksturnya lembut, aromanya menggoda, dan mampu menambah nafsu makan.
Proses ini terjadi karena saat beras dimasak. Granula pati mengalami gelatinisasi, yaitu menyerap air dan mengembang sehingga nasi menjadi empuk dan mudah dicerna tubuh.
Namun, siapa sangka, nasi yang sudah dingin justru menyimpan manfaat kesehatan yang lebih baik daripada nasi hangat. Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, nasi dingin mengandung pati resisten atau resistant starch.
Berbeda dengan pati biasa, pati resisten sulit dicerna tubuh, sehingga berfungsi mirip dengan serat pangan. Akibatnya, nasi dingin tidak langsung menaikkan gula darah, membuat rasa kenyang lebih lama, dan membantu menjaga kesehatan usus.
Fenomena ini disebut retrogradasi pati. Saat nasi dimasak lalu didinginkan, struktur patinya berubah menjadi lebih padat dan tidak mudah dipecah oleh enzim pencernaan. Sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Carbohydrate Polymers menyebutkan, proses retrogradasi dapat meningkatkan kandungan pati resisten. Oleh karena itu, baik nasi dingin maupun nasi yang kemudian dihangatkan kembali bisa memberikan efek berbeda terhadap metabolisme gula darah.
"Setelah dimasak dan kemudian didinginkan, pati dalam nasi, pasta, atau roti berubah menjadi bentuk yang sulit dicerna di usus halus. Sebaliknya, ia malah difermentasi di usus besar dan menjadi prebiotik untuk bakteri baik. Akibatnya, gula darah tetap lebih stabil, perut lebih cepat kenyang, dan usus jadi lebih sehat," jelas dr. Karan Rangarajan, seorang dokter keluarga yang kerap membahas isu nutrisi, dalam video edukasinya di YouTube.
Hasil penelitian lain yang diterbitkan dalam Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition juga menunjukkan bahwa nasi yang telah didinginkan memiliki kandungan pati resisten lebih tinggi dibandingkan nasi hangat. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi nasi dingin lebih bermanfaat dalam menjaga kestabilan gula darah.
Penelitian dari Journal of Food Science and Technology (2015) turut mempertegas penelitian sebelumnya, di mana kandungan pati resisten pada nasi meningkat signifikan setelah nasi disimpan pada suhu rendah selama 12–24 jam. Hasil riset tersebut juga menegaskan bahwa proses pemanasan ulang tidak sepenuhnya menghilangkan pati resisten, sehingga nasi dingin yang dipanaskan kembali tetap memiliki manfaat kesehatan.
Lantas, bagaimana cara mendapatkan manfaat ini?
Caranya cukup sederhana. Nasi dimasak seperti biasa, lalu disimpan di kulkas selama beberapa jam atau semalaman. Keesokan harinya, nasi bisa langsung dikonsumsi atau dipanaskan kembali sesuai kebutuhan.
Meski demikian, penyimpanan nasi tidak boleh sembarangan. Jika dibiarkan terlalu lama di suhu ruang atau tidak disimpan dengan benar, nasi berpotensi menjadi media berkembang biaknya bakteri berbahaya, seperti Bacillus cereus, yang dapat memicu keracunan makanan. Hal ini sudah dijelaskan oleh United States Department of Agriculture (USDA), yang merekomendasikan penyimpanan nasi pada suhu di bawah 4°C untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Selain itu, Harvard T.H. Chan School of Public Health juga menegaskan bahwa pola makan dengan asupan pati resisten lebih tinggi dapat mendukung pengendalian berat badan, mengurangi risiko diabetes tipe 2, serta menyehatkan mikrobiota usus. Dengan kata lain, memilih nasi dingin sebagai variasi konsumsi bisa menjadi langkah sederhana untuk menjaga kesehatan jangka panjang.
Oleh karena itu, pastikan nasi disimpan dengan aman dan kombinasikan dengan lauk serta sayuran sehat lainnya. Dengan cara ini, manfaat nasi dingin bisa tetap dirasakan tanpa menimbulkan risiko kesehatan, sekaligus menjadi pilihan cerdas dalam pola makan sehari-hari.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News