Kabupaten Kediri sudah sejak lama memiliki komoditas hortikultura yang cukup terkenal hingga menjadi produk unggulan di Jawa Timur. Buah tropis yang mengingatkan kita dengan hunian Spongebob Squarepants, buah nanas, menjadi primadona Kediri. Budi daya buah nanas telah menjadi mata pencaharian para petani di Kediri, salah satunya di Ngancar dan Sugihwaras.
Jika sebelumnya buah nanas di Kediri hanya dimanfaatkan dagingnya saja, limbah buah nanas yang dianggap tak bernilai dapat bertranformasi dengan segudang manfaat. Inovasi memanfaatkan limbah nanas ini bernama ECOPINE. Lahir dari pembinaan program Desa Sejahtera Astra dan pendampingan CV. Aswindra Desa Nusantara, inovasi ECOPINE telah meraih prestasi gemilang di Festival Astra 2025.
Nanas di Indonesia Menyebar ke Kediri
Ananas comosus atau sering dikenal dengan nama nanas, sering kita jumpai dalam produk makanan dan minuman. Bagi pecinta rujak, nanas tidak pernah dilewatkan untuk dicemil bersama saus bumbu kacang. Habitat nanas berada di wilayah yang tropis, tetapi cenderung lembap. Juga, mengutip dari laman IPB University, buah ini termasuk tanaman perennial. Buah yang dapat hidup dan berkembang selama beberapa tahun.
Diketahui buah nanas baru masuk ke Indonesia pada abad ke -15 oleh para penjelajah Eropa ke kampung halaman mereka. Seiringnya berjalan waktu, nanas yang saat itu hanya dikonsumsi oleh kalangan masyarakat atas akhirnya menyebar dan dapat ditanam oleh seluruh masyarakat di Eropa, Amerika, dan Asia.
Sekitar tahun 1990-an, nanas diketahui baru ditanam di lereng Gunung Kelud, Kecamatan Ngancar. Popularitas nanas dari lereng Gunung Kelud, terutama nanas madu sampai saat ini menjadi incaran para wisatawan lokal yang menginginkan oleh-oleh khas Kediri. Pada tahun 2022 lalu, diketahui nanas yang tumbuh di lahan subur seluas 3.000 hektare tersebut telah melakukan ekspor ke Oman dan Jeddah mencapai 10 ton.
Akan tetapi, tidak sedikit limbah yang dihasilkan dari panen besar buah nanas. Rata-rata masyarakat hanya mengambil daging nanas dan membuang daunnya. Biasanya, daun nanas lebih sering berakhir menjadi pakan ternak.
Namun, tidak ada yang tidak mungkin untuk memanfaatkan limbah daun nanas menjadi sebuah produk bernilai tinggi manfaatnya. Sebab melalui pendampingan dan pembinaan Desa Sejahtera Astra, daun nanas tidak lagi menjadi sampah.
Inovasi Ecopine Mengurangi Limbah Daun Nanas dan Membangun Pariwisata
Namanya Ecopine, inovasi yang digawangi CV. Aswindra Desa Nusantara dan menggandeng Astra melalui program Desa Sejahtera Astra. Daun nanas yang dahulunya hanya menjadi pupuk atau pakan ternak menjadi serat daun nanas. Pemanfaatan produk nanas ini memanfaatkan serat daun nanas menjadi kerajinan tangan, seperti tas dan topi.
Tidak hanya memanfaatkan serat daun nanas, pembinaan dan pelatihan dari DSA mengajak para pelaku UMKM Desa Bedali, Desa Sugihwaras, Desa Babadan, Desa Ngancar, dan Desa Pandantoyo, membuat dan memasarkan produk melalui e-commerce.
Serta, pemanfaatan serat nanas ini berlanjut dengan membangun wisata edukasi guna meningkatkan ekonomi masyarakat di Kecamatan Ngancar dan terintegrasi dengan pariwisata di Kediri. Atas program yang berfokus dalam kewirausahaan tersebut, desa binaan Astra, yakni Desa Bedali telah meraih penghargaan Juara III Lomba Inovasi 4 Pilar CSR Astra di Festival Astra 2025.
Gagasan ECOPINE telah membantu perekonomian masyarakat Desa Bedali dan sekitarnya. Lebih dari 1 ton limbah daun nanas kini disulap menjadi kerajinan tangan memikat mata. Inovasi ECOPINE telah menjadi salah satu lokasi percontohan pemerintah daerah hingga luar pulau Jawa. Salah satunya diadopsi menjadi kurikulum sekolah SMPN 2 Ngancar.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News