Mengenal Kelurahan Ntobo
Ntobo, salah satu kelurahan yang ada di Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berasal dari sanalah kisah inspiratif penuh hikmah ini bermula. Ketika langkah kaki menapak di tanah itu dan seluruh penginderaan terpusatkan, maka kita akan menemui tentang bagaimana tentramnya kehidupan di sana. Denyut kehidupan itu berasal dari tarian jari-jari tangan yang di dominasi oleh perempuan. Mereka yang penuh sabar memilah benang yang menguntai lalu menyusunnya secara rapi dalam gulungan hingga siap digunakan. Seolah benang itu seperti jalan kehidupan yang dipertimbangkan dengan kehati-hatian. Tak ada hal yang dinamakan dengan terpaksa, karena menurut mereka gerakan ritmis dari kedua tangan teramat indah. Kegiatan itu adalah menenun. Seiring waktu semakin lekat dan seolah menjadi darah yang setia menyusuri nadi para penenun.
Sebelum akhirnya, salah satu dari orang yang tinggal di Kelurahan Ntobo berpikir tentang bagaimana nasib para penenun ke depannya. Dia adalah Yuyun Ahdiyanti. Meski menenun menjadi keseharian mayoritas masyarakat di daerah itu, tak dipungkiri bisa tergilas oleh zaman. Hal ini dikarenakan generasi sekarang yang cenderung tertarik pada budaya luar, tidak menyesuaikan dengan kebutuhan pasar ataupun akses yang terbatas. Selama ini pun, daerah itu tak pernah dikenal oleh orang-orang di luar sana sebagai kampung tenun. Meski masyarakat masih aktif menenun, akan tetapi tentang apa yang akan terjadi di masa depan tetap bisa diprediksi dengan tanda-tanda yang sekarang mulai bermunculan di sekitar.
Cerita Perjalanan yang Tak Mudah
Yuyun Ahdiyanti, yang dikenal dengan nama panggilannya Yuyun berpikir bahwa jika hanya mengandalkan menenun saja, tanpa adanya strategi tertentu agar lebih dikenal oleh khalayak luas maka semakin lama juga akan luntur. Pemikiran masyarakat pun dapat berubah sewaktu-waktu dan berkembang pula. Bisa saja dengan berjalannya waktu, satu persatu penenun pensiun dini dan tidak ada yang meneruskan apabila jerih payah tidak sebanding dengan apa yang diperoleh. Berpegang pada keyakinan untuk melestarikan budaya, tidak cukup untuk membayar itu semua.
Saat acara seminar “Membangun Narasi Tulisan dengan Gaya Storytelling : Mengangkat Cerita Srikandi Penenun Asa Kampung Ntobo, sebagai Penerima Apresiasi SATU” yang dilaksanakan melalui zoom pada 24 Oktober lalu, Yuyun bercerita tentang bagaimana lembar suka dan dukanya selama ini yang dia jalani. Perjalanan yang tak sedikit melalui jalanan terjal dan angin kencang hingga membuahkan hasil gemilang. Pijar harapan yang ada di dalam genggaman Yuyun itu, semata-mata bukan untuk kepentingannya sendiri. Namun lebih daripada itu, tujuannya sungguh mulia yakni untuk melestarikan budaya menenun dan memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat di sana untuk membantu meningkatkan taraf kehidupan mereka.
Tak hanya pikiran yang tercurah, tapi juga tenaga dan biaya. Itu adalah salah satu keputusan hidup Yuyun yang dia ambil dengan segenap keberanian. Bermula dari satu langkah kecil penuh keyakinan membawanya ke tujuan yang dulunya hanya sebatas angan. Awalnya Yuyun hanya mampu mengumpulkan sekitar 20 orang penenun yang masing-masing diberikan modal sekitar 100-200 ribu. Modal awal tersebut berasal dari dana pribadi dan pinjaman yang mesti dilunasi oleh Yuyun setiap bulannya. Tentu saja hal ini menjadi tantangan bagi dirinya. Selain bekerja untuk mengembalikan pinjaman, Yuyun juga harus membina para penenun dan memikirkan strategi agar usahanya dapat dikenal oleh orang-orang di luar daerah itu.
Persoalan yang datang memang teramat menantang dan tak hanya satu. Sekadar berani saja juga tidak cukup untuk terus berdiri pada satu keputusan besar, harus punya tekad dan tetap kuat dalam keadaan apa pun. Yuyun cukup tahu bahwa kawasannya memiliki akses medan yang jauh dari perkotaan. Dia mengungkapkan bahwa memerlukan waktu sekitar satu jam untuk sampai di Kelurahan Ntobo, Kota Bima. Maka tak pernah sekalipun dirinya absen berpikir meski sehari untuk memikirkan taktik apa yang selanjutnya akan dia lakukan. Yuyun juga mencoba untuk memposting hasil tenun di media sosial miliknya. Hasil unggahannya cukup menggemparkan karena setelahnya banyak pesanan yang masuk. Kain tenun bima pun semakin dikenal oleh khalayak luas di luar sana.
Perkembangan UKM Dina
Usaha yang Yuyun rintis bersama dengan para penenun binaannya dinamakan dengan UKM Dina. Semakin banyaknya pesanan yang masuk, maka Yuyun tak segan untuk merekrut penenun lain. Bahkan saat ini para penenun binaannya mencapai 200 orang dan terdapat pula 15 orang sebagai penjahit. Sementara itu media sosialnya juga semakin dikenal dengan pengikut yang mencapai 11 ribu. Pencapaian UKM Dina tak hanya sebatas itu karena pada tahun 2024 termasuk bagian dari salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards oleh PT Astra International Tbk dalam bidang kewirausahaan. Bukan hanya sebuah penghargaan, akan tetapi juga pemberian dukungan dana untuk usaha, pelatihan dan kesempatan emas dalam memperluas jangkauan koneksi.
Kabarnya seperti yang diwartakan oleh unggahan media sosial Facebook Yuyun Kaen Tenun Bima, baru-baru ini UKM Dina masuk ke dalam salah satu peserta UMKM yang terkurasi oleh BI perwakilan NTB bersama 20 pelaku usaha lain. Yuyun Ahdiyanti turut menghadiri acara On Boarding UMKM NTB Go Digital yang berlangsung selama 3 hari yakni dari Rabu 29 Oktober hingga Jum’at 31 Oktober 2025. Seperti yang diberitakan oleh Bank Indonesia KPWNTB bahwa acara itu dibuka oleh Hario K. Pamungkas selaku Kepala Perwakilan BI NTB. Harapan dalam acara ini yakni dapat menjadi bekal dan ilmu pengetahuan baru untuk para penggerak UMKM terkait digitalisasi dan teknologi dalam pengembangan bisnis.
Semua pencapaian UKM Dina tak terlepas dari jerih payah Yuyun Ahdiyanti sebagai sosok perempuan penggerak yang berani dan kuat dalam menghadapi tantangan, para penenun yang bersedia dibina dan menaruh rasa percaya padanya. Bahwasannya pemikiran kritis pada lingkungan sekitar itu dapat menjadi sebuah gagasan yang justru spektakuler. Berawal dari kepedulian pada masyarakat sekitar membawanya pada titik kesuksesan. Sementara itu, sebagai manusia juga selayaknya kita menebar manfaat bagi orang lain, seperti halnya Yuyun yang tak mempergunakan suksesnya hanya untuk dirinya tetapi juga pada warga yang ada di daerahnya.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News