Itik dan entok merupakan dua jenis unggas air yang telah lama dibudidayakan di Indonesia. Meskipun kerap dianggap serupa oleh masyarakat awam, kedua unggas ini memiliki perbedaan yang mendasar dan signifikan dari segi taksonomi, morfologi, perilaku, hingga karakteristik produksinya.
Pemahaman yang tepat mengenai perbedaan ini penting bagi peternak, pelaku industri, dan konsumen untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki masing-masing unggas.
Asal Usul yang Berbeda
Secara ilmiah, itik dan entok berasal dari famili yang sama, yaitu Anatidae, yang mencakup berbagai jenis unggas air. Namun, keduanya berbeda dalam tingkatan genus. Menurut penjelasan Gilang Ayuningtyas, SPt, MSi, dosen Program Studi Teknologi dan Manajemen Ternak Sekolah Vokasi IPB University, itik diklasifikasikan ke dalam genus Anas dengan nama ilmiah Anas platyrhynchos.
Sementara itu, entok termasuk dalam genus Cairina dengan nama ilmiah Cairina moschata. Perbedaan genus ini menjadi akar dari segala perbedaan fenotipik dan perilaku yang terlihat.
Dari segi asal-usul geografis, itik domestikasi yang banyak diternak di Indonesia berasal dari kawasan Eropa, China, dan sebagian Afrika. Beberapa ras itik lokal Indonesia yang terkenal antara lain itik Tegal, Alabio, Mojosari, dan Magelang.
Sebaliknya, entok berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Entok diperkenalkan ke Indonesia melalui Filipina, yang menyebabkan unggas ini dikenal juga dengan sebutan "itik Manila" atau "mentok".
Ciri-ciri Itik dan Entok
Perbedaan fisik antara itik dan entok sangat jelas dan mudah dikenali. Itik memiliki postur tubuh yang relatif ramping dan langsing dengan leher yang panjang. Suara itik betina khas nyaring dan terdengar "wek-wek", sedangkan jantannya lebih bersuara lemah. Bulu itik juga sangat bervariasi tergantung rasnya.
Di sisi lain, entok memiliki tubuh yang lebih besar, padat, dan berotot. Ciri fisik yang paling mencolok pada entok, terutama jantan, adalah adanya benjolan daging berwarna merah kehitaman di sekitar pangkal paruh dan mata.
Benjolan ini disebut caruncle. Bobot tubuh entok dewasa bisa mencapai dua kali lipat atau lebih dari bobot itik. Suara entok juga berbeda, cenderung parau, mendesis, atau berbunyi "desis" yang lemah.
Itik Lebih Lincah, Entok Lebih Kalem
Dari segi perilaku, itik dikenal sebagai hewan yang aktif, lincah, dan memiliki kewaspadaan yang tinggi. Itik cenderung hidup dalam kelompok yang besar. Dalam sistem peternakan, itik sering digembalakan atau diumbar untuk mencari makan.
Entok, sebaliknya, menunjukkan perilaku yang lebih tenang dan tidak terlalu aktif bergerak. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di darat dibandingkan itik. Salah satu karakter perilaku entok yang menonjol adalah naluri mengeram yang sangat kuat.
Betina entok dikenal sebagai induk yang baik dan sabar dalam mengerami telurnya. Karena sifat ini, entok kerap dimanfaatkan sebagai "induk asuh" untuk mengerami telur itik atau unggas lainnya dalam sistem peternakan tradisional. Dalam skala komersial, telur entok biasanya ditetaskan menggunakan mesin tetas.
Apakah kandungan gizinya juga berbeda?
Perbedaan mendasar lainnya terletak pada orientasi produksi. Itik lebih unggul sebagai penghasil telur. Itik betina dapat menghasilkan telur dalam jumlah yang jauh lebih banyak sepanjang tahun dibandingkan entok.
Telur itik memiliki cangkang berwarna biru kehijauan. Secara nutrisi, kandungan protein telur itik berkisar antara 12-13 persen dengan lemak 12-14 persen.
Sementara itu, entok lebih diutamakan sebagai penghasil daging karena pertumbuhan tubuhnya yang cepat dan persentase karkas yang tinggi. Produksi telur entok lebih terbatas, sebagian besar disebabkan oleh sifat mengeramnya yang kuat yang menghentikan produksi telur untuk sementara waktu.
Namun, telur entok memiliki keunggulan dari segi kandungan protein yang lebih tinggi, yaitu mencapai 14-15 persen, dengan kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan telur itik.
Karakteristik daging kedua unggas ini juga berbeda. Daging entok didominasi oleh serat daging merah, yang dapat mencapai 75 persen dari total dagingnya. Hal ini menyebabkan warna daging entok lebih merah gelap. Kandungan protein daging entok sekitar 18-20 persen dengan lemak yang relatif rendah, yaitu 3-5 persen.
Daging itik memiliki kandungan lemak yang sedikit lebih tinggi, meskipun tetap bernilai gizi tinggi. Daging entok yang lebih padat dan beraroma kuat membutuhkan teknik memasak yang lebih lama untuk mengempukkannya.
Harga Entok Lebih Mahal
Dalam dunia peternakan, persilangan antara entok jantan dan itik betina banyak dilakukan untuk menghasilkan keturunan hibrida yang disebut "serati" atau "tiktok". Tujuan persilangan ini adalah untuk menggabungkan keunggulan kedua induknya, yaitu pertumbuhan cepat dari entok dan produksi telur yang baik dari itik.
Namun, seperti halnya banyak hibrida, itik serati bersifat mandul (steril) sehingga tidak dapat menghasilkan keturunan. Untuk mendapatkan bibit serati baru, peternak harus melakukan persilangan ulang.
Di pasaran, harga entok hidup atau dagingnya biasanya lebih tinggi dibandingkan itik, seiring dengan ukuran tubuhnya yang lebih besar dan kandungan lemak daging yang lebih rendah yang banyak dicari konsumen tertentu. Telur itik tetap lebih dominan di pasaran karena ketersediaannya yang lebih konsisten sepanjang tahun.
Itik dan entok adalah dua jenis unggas yang berbeda secara genetik dan fungsional. Pengembangan kedua jenis unggas air ini secara seimbang, sebagaimana ditegaskan oleh pakar dari IPB University, dapat memperkuat ketahanan pangan nasional.
Keduanya berperan penting dalam diversifikasi sumber protein hewani serta mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya di pedesaan, dengan memanfaatkan sumber daya genetik unggas lokal Indonesia yang telah beradaptasi dengan baik.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News