Ada banyak jalan menuju Roma, katanya. Roma yang sama bisa dicapai lewat jalan yang berbeda. Yang jelas, impian dan cita-cita harus digapai bagaimanapun caranya, sebagaimana Ardi.
Ardi kini menjabat sebagai Supervisor Research and Development (R&D) di PT QMB New Energy Materials. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan nikel. Nikel adalah salah satu komoditas strategis dunia yang juga dibangga-banggakan karena menjadi bagian dari kekayaan alam Indonesia.
Bukan posisi Ardi yang menarik, melainkan bagaimana kisah Ardi menjalani jatuh-bangun kehidupan hingga mampu menembus perusahaan multinasional. PT QMB New Energy Materials adalah perusahaan patungan (joint venture) dari beberapa perusahaan besar dari Tiongkok (GEM, Tsingshan, Brunp), Korea Selatan (Ecopro BM), dan Jepang (Hanwa).
Dua Generasi, Satu Tambang
Ardi Alam Jabir lahir dari keluarga sederhana. Ayah dan ibunya pernah merantau dari Makassar ke Kalimantan dan bekerja sebagai penambang rakyat. Istilah penambang rakyat merujuk pada aktivitas masyarakat yang melakukan penambangan secara kecil-kecilan.
Kegiatan ini legal dilakukan di wilayah pertambangan rakyat (WPR) dengan izin khusus bernama Izin Pertambangan Rakyat (IPR). Tujuannya adalah untuk memberikan wadah legal bagi masyarakat untuk menambang mineral dan batu bara secara terbatas, aman, dan ramah lingkungan, berbeda dengan tambang besar yang diusahakan korporasi.
Penambang rakyat berbeda dengan perusahaan pertambangan. Penambang rakyat menggunakan alat sederhana (kuali, sekop, dulang, cangkul), mengandalkan tenaga manusia dan bukan mesin, serta dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bukan skala industri.
Sayangnya, pekerjaan itu keras dan hasilnya pun tidak stabil. Sebab, umumnya modal dikeluarkan dari kantong pribadi.
Pada akhirnya, betelah beberapa tahun melakoni pekerjaan itu, keluarganya kembali ke Makassar. Mereka membuka toko sembako kecil. Dari sanalah Ardi tumbuh.
Rencana dan Strategi Menjelang Kuliah
Sejak duduk di bangku SMA, Ardi sadar bahwa kuliah bukan pilihan murah. Oleh karena itu, strategi yang ia terapkan adalah menjaga agar nilai akademik selalu unggul. Ardi telah mengincar beasiswa untuk mendukung pilihannya melanjutkan pendidikan.
Usahanya pun berbuah hasil. Ardi diterima di Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin dengan Beasiswa Bidikmisi.
Bidikmisi adalah program beasiswa pemerintah untuk mahasiswa dari keluarga kurang mampu yang memiliki prestasi akademik. Kini program ini dikenal sebagai KIP Kuliah.
Bagi Ardi, Bidikmisi bukan sekadar bantuan biaya. Itu menjadi tiket keluar dari lingkaran keterbatasan.
Lulus Cepat atau Student Exchange?
Menjelang akhir masa kuliah, Ardi dihadapkan pada keputusan berat. Kesempatan untuk mengikuti student exchange ke Jepang datang. Tepatnya ke Ehime University.
Masalahnya, waktu itu, beasiswa Bidikmisi sudah berakhir. Jika ikut exchange, Ardi harus menambah satu semester tanpa bantuan biaya dari pemerintah. Jika menolak, ia bisa lulus tepat waktu akan tetapi kesempatan itu ia lewatkan.
Pada akhirnya, Ardi mengambil kesempatan emas. Ia pun mencari penghasilan tambahan. Salah satunya dengan menjadi pengemudi ojek online.
“Jadi ketika saya extend perkuliahan ini saya memutuskan untuk mencari penghasilan tambahan lainnya, pada saat itu saya memutuskan untuk narik ojek online untuk setidaknya untuk bisa meng-cover biaya perkuliahan dan juga biaya sehari-hari saya selama berkuliah gitu,” jelas Ardi, dikutip dari laman resmi LPDP.
Usahanya tidak sia-sia. Pengalaman di Jepang mengubah cara pandangnya. Kepercayaan dirinya tumbuh dan studi luar negeri merupakan mimpi yang mungkin saja terwujud.
Ke Tiongkok, Belajar di Pusat Metalurgi Dunia
Tak lama setelah lulus, Ardi mendapat informasi tentang program Beasiswa LPDP–CSU–GEM. Program kerja sama Indonesia–Tiongkok ini fokus pada pengembangan sumber daya manusia di bidang metalurgi.
Tahun 2019, Ardi berangkat ke Central South University (CSU), Tiongkok. Kampus ini dikenal sebagai salah satu pusat studi metalurgi terbaik dunia. Metalurgi adalah cabang ilmu teknik yang mempelajari pengolahan logam, mulai dari ekstraksi bijih, pemurnian, hingga pengembangan material baru.
Di sana, Ardi banyak belajar, mulai dari materi kuliah, disiplin waktu, etos belajar, hingga cara bekerja yang rapi dan minim kesalahan. Sebagaimana yang Kawan tahu, Tiongkok adalah salah satu negara dengan tingkat perilaku disiplin yang tinggi.
Kedisiplinan secara luas dianggap sebagai salah satu ciri khas utama pekerja di sana. Mereka terkenal tidak setengah-setengah, ulet, dan sangat bertanggung jawab dalam menjalankan tugas, menganggap pekerjaan sebagai amanah yang harus dijaga.
Sayangnya, pandemi COVID-19 kemudian mengubah segalanya. Belum banyak yang ia rasakan, Ardi harus kembali ke Indonesia. Kuliah dilanjutkan secara daring. Program magang pun dialihkan ke dalam negeri.
Beruntung, mitra industri GEM Co. Ltd. sudah lebih dulu membangun fasilitas di Morowali melalui PT QMB New Energy Materials. Ardi tetap bisa magang sesuai bidangnya.
Karier Cepat di Divisi R&D
Lulus dari CSU pada 2022, Ardi langsung bergabung sebagai karyawan tetap di PT QMB New Energy Materials. Masa adaptasinya relatif singkat. Ia sudah mengenal sistem kerja dan tim. Dalam tiga tahun, Ardi menempati posisi Supervisor.
“Jenjang kariernya sangat cepat. Untuk saya sendiri dan teman-teman yang seangkatan, bisa dibilang sekarang kami sudah berada di level manajerial,” ujarnya.
Di divisi R&D, Ardi terlibat dalam banyak proyek, mulai dari menjaga kualitas produksi, mengoptimalkan proses, hingga mengembangkan produk baru. Salah satu pekerjaan yang paling penting adalah pengolahan limbah produksi.
R&D (Research and Development) adalah unit yang bertugas melakukan riset, pengujian, dan pengembangan teknologi atau produk agar proses industri lebih efisien dan bernilai tambah.
Limbah yang sebelumnya dinilai tidak berguna, diteliti lagi agar bisa dimanfaatkan kembali. Tujuannya jelas, agar efisiensi dan keberlanjutan dapat tercapai.
Ia melihat bagaimana Tiongkok memanfaatkan ulang limbah-limbah dari barang elektronik.
“Di sana, limbah elektronik tidak lagi dianggap sebagai sampah, melainkan diolah kembali untuk menghasilkan logam. Mereka tidak sepenuhnya bergantung pada pengambilan dari alam,” katanya.
Indonesia Kaya Nikel, tapi Masih Kekurangan Ahli
Indonesia memegang peran besar dalam industri nikel global. Data menunjukkan Indonesia menyumbang sekitar 48–50% produksi nikel dunia dan memiliki sekitar 52% cadangan nikel global. Mayoritas kekayaan ini berupa nikel laterit.
Cadangan ini banyak tersebar di Sulawesi dan Maluku Utara, termasuk Morowali dan Halmahera.
Nikel kini bukan hanya soal baja tahan karat. Ia menjadi komponen penting baterai kendaraan listrik. Indonesia pu sudah melangkah dengan kebijakan hilirisasi. Smelter dibangun dan ekspor bahan mentah dibatasi.
Smelter adalah fasilitas atau pabrik untuk mengolah bijih mineral mentah menjadi logam atau produk setengah jadi melalui proses pemanasan dan reaksi kimia. Pembatasan ekspor bahan mentah dinilai menjadi strategi jangka panjang agar negara mendapatkan manfaat yang lebih besar dari sumber daya alamnya, bukan sekadar menjual murah ke luar negeri.
Nah, masalahnya, meski kaya dengan cadangan alam, tantangannya belum selesai. Industri bernilai tambah tinggi membutuhkan manusia yang menguasai riset dan teknologi. Sayangnya, Indonesia dinilai belum banyak memiliki tenaga ahli yang menguasai pengelolaan nikel. Ini lah harapan Ardi; Indonesia mampu mengolah SDA secara mandiri.
“Harapan saya ke depan, Indonesia bisa memiliki industri pengolahan logam yang benar-benar murni dan 100 persen lokal,” kata Ardi.
Bagi Ardi, kekayaan alam Indonesia tidak cukup hanya digali dan diekspor. Kekayaan itu harus diolah, dikembangkan, dan dikuasai teknologinya oleh anak bangsa sendiri. Tanpa kemandirian industri dan riset, Indonesia hanya akan berhenti sebagai negara penambang, bukan negara pengolah.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


