Meningkatnya pencemaran lingkungan akibat sampah plastik telah menjadi tantangan global yang mendalam.
Untuk mengatasi masalah ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan pemanfaatan iradiasi seperti sinar elektron (EBEAM), untuk mendukung daur ulang plastik yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Teknologi ini diharapkan dapat mempercepat transisi menuju ekonomi sirkular, di mana sampah plastik diolah menjadi material yang lebih ramah lingkungan.
Memanfaatkan sinar elektron
Kepala Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN Nugroho Adisasongko menjelaskan pemanfaatan sinar elektron dalam pertemuan yang digelar oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) di Vienna, Austria, 11-15 November 2024.
“Pertemuan ini menyoroti pentingnya pendekatan terpadu yang menggabungkan evaluasi lingkungan dengan analisis ekonomi. Dengan pendekatan tersebut, kita dapat memahami secara lebih holistik kelayakan dan manfaat teknologi berbasis iradiasi dalam daur ulang plastik,” ujar Nugroho.
Nugroho menilai, teknologi sinar elektron (EBEAM) memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi daur ulang plastik. Namun, keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada riset lebih lanjut dan evaluasi yang cermat terhadap dampak lingkungan dan ekonomi.
Rekomendasi RI untuk Masalah Sampah
Indonesia melalui BRIN juga turut menyusun rekomendasi yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut, antara lain, pertama, Integrasi Ekonomi Sirkular dalam Alat EBEAM: IAEA disarankan untuk mengintegrasikan prinsip ekonomi sirkular ke dalam alat EBEAM, guna memungkinkan penilaian lingkungan terhadap metode daur ulang berbantuan radiasi.
Kedua, Pemilihan Indikator Penilaian: Panel ahli mengusulkan penggunaan indikator berbasis kegunaan dan keandalan untuk memantau keberlanjutan teknologi daur ulang plastik.
Ketiga, Studi LCA dan LCC: Diperlukan kajian Life Cycle Assessment (LCA) dan Life Cycle Costing (LCC) yang lebih mendalam untuk mengukur manfaat ekonomi dan lingkungan dari teknologi berbasis radiasi.
Keempat, Kolaborasi dengan Ilmuwan Sosial: Melibatkan ilmuwan sosial untuk meningkatkan penerimaan teknologi nuklir dalam pengelolaan sampah plastik.
Kelima, Analisis Pemangku Kepentingan: IAEA diharapkan memverifikasi kesiapan pasar dan pelaku industri untuk mendukung penerapan teknologi iradiasi.
Diperlukan kolaborasi internasional
Melalui pertemuan ini, Indonesia optimistis bahwa kolaborasi internasional, inovasi teknologi, dan integrasi prinsip ekonomi sirkular akan menjadi kunci menghadapi tantangan sampah plastik global.
“Dengan rekomendasi ini, kami berharap IAEA dapat mempercepat pengembangan alat penilaian yang mendukung ekonomi sirkular dalam daur ulang plastik dan menciptakan solusi yang lebih efisien serta berkelanjutan,” kata Nugroho.
Dengan dukungan riset yang komprehensif, teknologi iradiasi berbasis sinar elektron dapat menjadi salah satu jawaban dalam mitigasi sampah plastik sekaligus langkah konkret menuju keberlanjutan lingkungan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News