Glaukoma adalah penyebab kebutaan permanen kedua terbanyak di dunia setelah katarak. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), glaukoma menyumbang 12,3% dari total kasus kebutaan global. Dari 39 juta kasus kebutaan di seluruh dunia, sekitar 3,2 juta di antaranya disebabkan oleh glaukoma. Di Indonesia, prevalensi glaukoma mencapai 4 hingga 5 orang per 1.000 penduduk.
Setiap tanggal 12 Maret, dunia memperingati Hari Glaukoma Sedunia atau World Glaucoma Day. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya glaukoma serta pentingnya deteksi dan penanganan dini untuk mencegah kebutaan permanen. Tema global Hari Glaukoma Sedunia 2025 adalah "Bersatu untuk Dunia Bebas Glaukoma" yang menekankan pentingnya kolaborasi dalam memerangi penyakit ini.
Apa Itu Glaukoma?
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh kerusakan saraf optik, biasanya akibat peningkatan tekanan intraokular (tekanan dalam bola mata). Saraf optik berperan penting dalam mengirimkan sinyal visual dari mata ke otak. Kerusakan pada saraf ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan permanen jika tidak ditangani dengan tepat.
Gejala Glaukoma
Gejala glaukoma seringkali tidak disadari pada tahap awal. Namun, beberapa tanda yang perlu diwaspadai meliputi:
- Penglihatan perifer menurun: Kesulitan melihat objek di sisi atau pinggiran lapang pandang.
- Penglihatan kabur: Terutama saat berada di ruangan dengan pencahayaan redup.
- Mata merah dan nyeri: Terutama pada glaukoma sudut tertutup akut.
- Melihat lingkaran cahaya (halo): Melihat lingkaran berwarna di sekitar sumber cahaya.
- Mual dan muntah: Biasanya disertai dengan nyeri mata yang parah.
Karena gejala awal yang minim, banyak penderita tidak menyadari adanya glaukoma hingga terjadi kerusakan signifikan pada penglihatan. Oleh karena itu, deteksi dini melalui pemeriksaan mata rutin sangat penting.
Penyebab Glaukoma
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya glaukoma antara lain:
- Usia: Risiko meningkat pada individu berusia di atas 40 tahun.
- Riwayat keluarga: Memiliki anggota keluarga dengan glaukoma meningkatkan risiko.
- Tekanan intraokular tinggi: Peningkatan tekanan dalam bola mata dapat merusak saraf optik.
- Miopia atau hipermetropia: Kelainan refraksi seperti rabun jauh atau rabun dekat.
- Penyakit sistemik: Seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau hipotensi.
- Cedera mata: Trauma atau peradangan pada mata.
Faktor-faktor tersebut dapat berkontribusi pada perkembangan glaukoma, sehingga penting untuk mengenali dan mengelola risiko yang ada.
Apa Glaukoma Bisa Disembuhkan?
Hingga saat ini, glaukoma masih menjadi salah satu penyebab utama kebutaan yang tidak dapat dipulihkan. Kerusakan saraf optik akibat peningkatan tekanan intraokular bersifat permanen, sehingga kehilangan penglihatan yang terjadi tidak dapat dikembalikan.
Namun, dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, progresivitas penyakit ini dapat diperlambat atau bahkan dicegah agar tidak semakin memburuk. Penanganan glaukoma bertujuan untuk menurunkan tekanan intraokular dan melindungi saraf optik dari kerusakan lebih lanjut.
Berikut beberapa metode pengobatan yang umum dilakukan:
1. Obat Tetes Mata
Obat tetes mata merupakan terapi lini pertama dalam pengobatan glaukoma. Obat ini bekerja dengan cara menurunkan tekanan intraokular, baik dengan mengurangi produksi cairan di dalam mata maupun meningkatkan aliran keluar cairan tersebut. Beberapa jenis obat tetes mata yang umum digunakan meliputi prostaglandin analog, beta-blocker, alfa agonis, dan inhibitor karbonik anhidrase. Penggunaan obat ini harus dilakukan sesuai resep dokter, karena efek samping seperti iritasi, kemerahan, atau rasa terbakar pada mata dapat terjadi.
2. Terapi Laser
Jika penggunaan obat tetes mata tidak cukup efektif atau pasien mengalami efek samping yang signifikan, terapi laser bisa menjadi pilihan. Prosedur laser bertujuan untuk meningkatkan aliran cairan mata atau mengurangi produksinya guna menurunkan tekanan intraokular. Beberapa jenis terapi laser untuk glaukoma meliputi trabekuloplasti laser selektif (SLT), iridotomi laser perifer (LPI), dan siklofotokoagulasi laser. Terapi ini relatif aman, minim rasa sakit, dan dapat dilakukan tanpa perlu rawat inap.
3. Pembedahan
Dalam kasus glaukoma yang sudah parah atau tidak merespons terapi lain, tindakan bedah menjadi opsi terakhir. Prosedur pembedahan dilakukan untuk menciptakan jalur baru agar cairan mata dapat mengalir lebih lancar dan tekanan intraokular bisa dikendalikan. Beberapa jenis operasi glaukoma yang umum dilakukan adalah trabekulektomi, pemasangan shunt drainase, dan prosedur MIGS (Minimally Invasive Glaucoma Surgery) yang lebih modern dan berisiko lebih rendah. Meskipun efektif, pembedahan tetap memiliki risiko komplikasi seperti infeksi atau perdarahan, sehingga perlu dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Karena glaukoma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, pasien perlu menjalani perawatan seumur hidup untuk menjaga kesehatan mata dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut. Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis mata guna mendapatkan diagnosis yang tepat dan menentukan metode penanganan yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasien. Kesadaran akan pentingnya perawatan dini dapat membantu memperlambat perkembangan glaukoma dan mempertahankan kualitas penglihatan dalam jangka panjang.
Cara Mencegah Glaukoma
Mencegah dan mendeteksi glaukoma sejak dini sangat penting untuk mengurangi risiko kebutaan permanen. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan Mata Rutin
Pemeriksaan mata secara berkala adalah cara terbaik untuk mendeteksi glaukoma sejak dini. Terutama bagi individu yang memiliki faktor risiko, seperti usia di atas 40 tahun, riwayat keluarga dengan glaukoma, atau kondisi medis tertentu seperti diabetes dan hipertensi. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata setidaknya setiap 1-2 tahun sekali. Dokter mata akan melakukan berbagai tes, termasuk pengukuran tekanan intraokular dan pemeriksaan saraf optik, guna memastikan kesehatan mata tetap terjaga.
2. Mengelola Kondisi Kesehatan
Beberapa penyakit sistemik seperti diabetes dan hipertensi dapat meningkatkan risiko glaukoma. Oleh karena itu, menjaga kadar gula darah tetap stabil dan mengontrol tekanan darah sangatlah penting. Pola makan sehat yang kaya akan antioksidan, rutin berolahraga, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan juga dapat membantu menjaga kesehatan mata dan mengurangi risiko glaukoma.
Baca Juga: Tetap Sehat saat Berpuasa bagi Penderita Diabetes
3. Menggunakan Pelindung Mata
Cedera atau trauma pada mata dapat meningkatkan tekanan intraokular dan berpotensi memicu glaukoma. Oleh sebab itu, penting untuk menggunakan pelindung mata saat melakukan aktivitas yang berisiko, seperti bekerja di lingkungan industri, berolahraga, atau menggunakan bahan kimia berbahaya. Penggunaan kacamata dengan perlindungan UV juga dianjurkan untuk mencegah paparan sinar matahari yang dapat merusak mata dalam jangka panjang.
4. Mengenali Gejala Awal
Glaukoma sering kali berkembang tanpa gejala yang jelas di tahap awal, sehingga kesadaran terhadap tanda-tanda awal sangatlah penting. Beberapa gejala yang perlu diwaspadai meliputi penglihatan kabur, nyeri mata, melihat lingkaran cahaya di sekitar sumber cahaya, serta penurunan penglihatan perifer (sisi mata). Jika mengalami salah satu dari gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter mata agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, risiko terkena glaukoma dapat diminimalkan. Kesadaran terhadap pentingnya kesehatan mata dan pemeriksaan rutin menjadi kunci utama dalam mencegah kebutaan akibat glaukoma.
Dengan langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini, risiko kebutaan akibat glaukoma dapat diminimalkan.
Menyadari bahaya glaukoma dan pentingnya deteksi dini adalah kunci untuk mencegah kebutaan permanen. Pada peringatan Hari Glaukoma Sedunia 2025 ini, mari kita tingkatkan kesadaran dan waspada terhadap penyakit glaukoma. Lakukan pemeriksaan mata secara rutin dan edukasi diri serta orang-orang di sekitar kita tentang pentingnya menjaga kesehatan mata. Dengan begitu, kita dapat bersama-sama menciptakan dunia bebas glaukoma.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News