Kehidupan Awal dan Pendidikan
Ir. Sutami lahir pada tanggal 19 Oktober 1928 di Surakarta, Jawa Tengah. Sejak kecil, ia dikenal sebagai sosok yang tekun dan cerdas. Dilansir dari laman alumni.itb.ac.id Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di kota kelahirannya, ia melanjutkan ke jenjang menengah di SMA Negeri 1 Surakarta. Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan, khususnya di bidang teknik, membawanya menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB), jurusan teknik sipil.
Di ITB, Sutami menunjukkan prestasi gemilang dan berhasil meraih gelar insinyur. Latar belakang akademis ini kelak menjadi pondasi kuat dalam kiprahnya membangun infrastruktur Indonesia. Ia termasuk generasi awal insinyur Indonesia yang memiliki kontribusi besar dalam perencanaan serta pelaksanaan berbagai proyek strategis.
Karier Pemerintahan dan Dedikasi Tanpa Pamrih
Perjalanan karier Sutami di pemerintahan dimulai pada era Presiden Soekarno. Pada tahun 1964, ia dipercaya menjadi Menteri Pekerjaan Umum. Kepercayaan tersebut tak hanya datang dari Soekarno, tetapi juga dilanjutkan oleh Presiden Soeharto. Keberlanjutan jabatannya di dua era pemerintahan ini mencerminkan dedikasi dan kemampuan profesionalnya yang diakui lintas rezim.
Selama sekitar 14 tahun menjabat sebagai menteri, Sutami dikenal sebagai pribadi yang sangat berdedikasi. Ia tidak hanya sekadar menjalankan tugas administratif, tetapi juga turut terlibat langsung dalam proses teknis pembangunan. Ia bukan tipe pejabat yang duduk di balik meja, melainkan seorang teknokrat sejati yang turun ke lapangan dan memahami betul kebutuhan infrastruktur bangsa.
Kontribusi terhadap Proyek Nasional
Banyak proyek berskala besar yang terwujud berkat kepemimpinan dan pengawasan Ir. Sutami. Salah satu yang paling dikenal adalah Jembatan Semanggi di Jakarta, sebuah karya arsitektur jalan yang ikonik hingga kini. Selain itu, ia turut mengawal pembangunan Gedung MPR/DPR, yang menjadi pusat kegiatan legislatif nasional.
Tak hanya di ibukota, Sutami juga memperhatikan wilayah lain. Ia terlibat dalam pengembangan Bandara Ngurah Rai di Bali, yang kini menjadi gerbang utama wisata internasional di Indonesia. Proyek penting lainnya adalah pembangunan Waduk Jatiluhur, yang sangat vital untuk pengairan dan ketahanan air di wilayah Jawa Barat.
Karya-karya ini menunjukkan betapa Sutami memahami pentingnya infrastruktur sebagai tulang punggung pembangunan nasional. Visi dan kerja kerasnya meninggalkan jejak yang nyata dan berdampak jangka panjang.
Hidup Sederhana di Tengah Jabatan Tinggi
Yang membuat sosok Sutami begitu istimewa adalah gaya hidupnya yang jauh dari kemewahan. Meskipun menduduki jabatan penting selama lebih dari satu dekade, ia tetap hidup dalam kesederhanaan. Rumah dinas yang ia tinggali bahkan pernah mengalami kebocoran dan listrik sempat diputus karena tunggakan pembayaran.
Sebagian besar gajinya ia gunakan untuk kepentingan orang lain dan kebutuhan pembangunan. Ia rela hidup pas-pasan demi memastikan proyek yang ia tangani dapat berjalan dengan baik. Inilah yang kemudian membuatnya dikenal sebagai “menteri termiskin” dalam sejarah Indonesia—bukan karena tidak mampu, tetapi karena memilih untuk mendahulukan bangsa daripada dirinya sendiri.
Integritas dan keikhlasannya menjadi teladan bagi para pejabat masa kini. Ia membuktikan bahwa jabatan tinggi tidak harus diiringi dengan gaya hidup mewah, dan bahwa pengabdian tulus bisa memberi dampak yang lebih besar daripada sekadar pencapaian materi.
Akhir Hayat dan Penghormatan Bangsa
Pada tahun 1978, Ir. Sutami mengundurkan diri dari jabatannya karena kondisi kesehatannya mulai menurun. Ia kemudian wafat pada 13 November 1980 akibat komplikasi penyakit hati. Meskipun telah tiada, kontribusinya tetap dikenang oleh bangsa ini.
Sebagai bentuk penghormatan, pemerintah memberi nama Bendungan Karangkates di Malang dengan nama Bendungan Sutami pada 16 Desember 1981. Ini menjadi simbol penghargaan atas dedikasi dan jasa-jasanya dalam membangun negeri.
Warisan Nilai dan Keteladanan
Lebih dari sekadar pembangunan fisik, warisan terbesar Ir. Sutami adalah nilai-nilai yang ia contohkan: integritas, kerja keras, kesederhanaan, dan pengabdian. Di tengah era modern yang sering diwarnai oleh gaya hidup konsumtif dan korupsi, sosok seperti Sutami menjadi inspirasi yang sangat relevan.
Kisah hidupnya tidak hanya penting untuk dikenang, tetapi juga perlu dijadikan pelajaran bagi generasi penerus bangsa—bahwa menjadi pelayan rakyat sejati berarti mendahulukan kepentingan bersama di atas segalanya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News