Masih berbicara tentang pembangunan ekosistem koperasi di Indonesia, tentu cerita sejarahnya tidak hanya sampai di era kemerdekaan. Cerita perkembangan koperasi masih berlanjut di era orde baru dan era reformasi.
Era ini tidak hanya bercerita tentang perkembangan koperasi, melainkan cerita bagaimana koperasi juga berjuang di tengah perubahan sistem pemerintahan dan krisis ekonomi nasional.
Berikut adalah cerita dari 5 tokoh yang mengambil peran, dari era orde baru, reformasi, hingga di tengah krisis moneter. Tidak hanya berperan dalam membuat kebijakan, mengembangkannya, tetapi juga menghadapi krisis kala itu.
Soeharto, Penggerak Koperasi dalam Pembangunan Ekonomi Nasional
Selain dikenal sebagai mantan Presiden RI, Soeharto juga dikenal karena beberapa upayanya dalam membangun Koperasi Unit Desa (KUD). Dalam beberapa wawancara, dirinya kerap kali menegaskan pembangunan koperasi bukan hanya pekerjaan satu departemen, melainkan tugas bersama, tugas negara.
Di masa pemerintahannya, pada tahun 1990 Soeharto juga meminta beberapa pengusaha besar untuk menjual sebagian sahamnya kepada koperasi. Ini didasari karena masih adanya kesenjangan ekonomi dan tidak semua merasakan efek pembangunan nasional.
Namun karena bersifat anjuran tanpa adanya aturan yang mengikat, kala itu usulannya mendapat respon setengah hati.
Meski ada beberapa yang mengikuti usulan ini, tetapi umumnya perusahaan hanya menjual saham ke koperasi karyawan internal, masih sedikit yang menjual ke KUD. Beberapa perusahaan yang mengikuti di antaranya PT AKPI dan PT Teh Nusamba.
Soedarsono Hadisapoetro, Menguatkan Landasan dan Pembinaan Koperasi di Orba
Dirinya dikenal sebagai ketua umum Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN) periode 1983–1988. Lewat jurnalnya di tahun 1978 yang membahas tentang masalah pembinaan BUUD, Soedarsono menyampaikan bahwa koperasi adalah sebuah teknologi berorganisasi yang perlu dipelajari, dihayati, dan kemudian dilaksanakan bersama secara konsisten berdasarkan landasan mental: setia kawan dan berpribadi yang isi mengisi dan memperkuat satu sama lain.
Lewat jurnal yang sama, Soedarsono juga banyak menggagaskan terkait pembinaan sumber daya manusia di ekosistem koperasi, di antaranya:
- Pembinaan koperasi harus dijalankan dengan berbagai kegiatan yang bersifat “Cross-Sectoral”
- Demi meningkatkan kewirausahawannya, pembinaan manager-profesonil, merupakan pegawai dari koperasi yang diangkat oleh pengurus
- Pembinaan usaha-usaha koperasi dapat ditingkatkan dengan tiga cara yakni: Kredit dari bank dengan jaminan LJKK, kredit yang berasal dari anggaran belanja pemerintah, dan memperbesar berbagai simpanan dari pada anggotanya melalui LJKK yang dijamin pemerintah.
Bustanil Arifin, Bapak Peternak Sapi Perah Rakyat
Dirinya merupakan salah satu menteri muda di era pemerintahan Soeharto. Membantu rencana Presiden, dirinya berhasil menjadikan ratio susu impor dan susu produksi dari 7:1 menjadi 3:1. Yang awalnya hanya terdapat 900 peternak di dua Koperasi Primer pada tahun 1977, hingga bertambah menjadi 74.000 di 190 KUD pada tahun 1989.
Dilansir dari laman Detik Finance, dia menjelaskan langkah awal kebijakan yang diambil olehnya dengan memutuskan industri pengelolaan susu diganti dengan menyerap susu dari peternak sapi perah rakyat dengan kisaran harga kala itu Rp150-180 per liter.
Adi Sasono, Disorot Media AS Karena Gerakan Ekonomi Rakyat
Dirinya dikenal karena perkataannya yang berbunyi, “Kita tidak makan dolar… Kita harus membangun kemandirian”.
Karena kebijakan dan perannya disaat menjadi Menteri Koperasi di era Presiden BJ Habibie, dia mendapat banyak sorotan dan menjadi tokoh yang disegani di bidang ekonomi meski masa kerjanya telah usai,
Lewat gerakan “Ekonomi Rakyat”, tujuannya kala itu untuk melawan dominasi ekonomi yang dikuasai oleh para konglomerat besar. Ia ingin menjadikan arah perekonomian agar lebih adil kembali. Dengan cara memperkuat sistem ekonomi yang selama ini berperan dalam membagi kemakmuran secara lebih merata, terutama kepada usaha-usaha kecil dan puluhan ribu koperasi—yang jumlahnya lebih dari 50 ribu dan kebanyakan dikelola oleh negara.
Soewarmin, Perancang Logo Koperasi
Meski keterlibatannya bukan di ranah ekonomi, tetapi peran besarnya berhasil membuat identitas kuat pada koperasi. Tidak banyak disorot dalam sejarah, Soewarmin sebenarnya hanyalah seorang guru SLA di Bogor.
Dilansir dari laman Pikiran Rakyat, dialah perancang logo koperasi pada awalnya sebelum diganti pada tahun 2012. Kala itu Soewarmin hanyalah satu dari 240 peserta yang mengikuti sayembara logo koperasi yang digelar pada tahun 1960.
Menurut kabar, kala itu merupakan kali pertama dirinya mengikuti sayembara desain, dan tentunya cara pembuatannya masih manual dengan pensil dan alat gambar serupa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News