trauma generasional pengertian contoh dan penanganannya - News | Good News From Indonesia 2025

Trauma Generasional: Pengertian, Contoh, dan Penanganannya

Trauma Generasional: Pengertian, Contoh, dan Penanganannya
images info

Trauma Generasional: Pengertian, Contoh, dan Penanganannya


Pernahkah Kawan merasa menanggung beban emosi yang seolah bukan milik Kawan sendiri? Bisa jadi, itu adalah bentuk trauma generasional — luka psikologis yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Apa Itu Trauma Generasional?

Trauma generasional adalah luka emosional, psikologis, bahkan fisik yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Trauma ini tidak selalu tampak secara kasat mata, tetapi dapat muncul dalam bentuk pola perilaku, cara berpikir, hingga sistem pengasuhan dalam keluarga.

Fenomena ini pertama kali dikaji pada anak-anak penyintas Holocaust pada tahun 1960-an. Para peneliti menemukan bahwa meskipun mereka tidak mengalami perang secara langsung, mereka menunjukkan gejala kecemasan, ketakutan, dan perasaan bersalah yang serupa dengan orang tuanya.

Sejak saat itu, istilah intergenerational trauma mulai banyak diteliti dalam konteks keluarga, budaya, dan masyarakat modern.

Bagaimana Trauma Ini Bisa Terjadi?

Trauma generasional tidak hanya diturunkan melalui cerita atau pola asuh, tetapi juga dapat memengaruhibiologi seseorang. Studi yang dilakukan oleh Rachel Yehuda (Mount Sinai Hospital, 2015) menunjukkan bahwa stres berat dapat mengubah ekspresi gen (melalui proses epigenetik) dan diwariskan kepada anak.

Selain faktor biologis, pola komunikasi dalam keluarga juga berperan besar. Orang tua yang belum sembuh dari luka masa lalunya — seperti kekerasan, kehilangan, atau pengabaian — cenderung membentuk gaya pengasuhan yang penuh kecemasan atau kontrol berlebih. Akibatnya, anak tumbuh dengan rasa takut, tidak aman, atau sulit mengekspresikan diri.

baca juga

Contoh Kasus Trauma Generasional di Masyarakat

Di Indonesia, trauma generasional bisa muncul dari berbagai konteks sejarah dan sosial.
Misalnya, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dibiarkan turun-temurun dengan alasan “disiplin”.

Selain itu, pola pengasuhan otoriter yang berakar dari masa penjajahan atau tekanan sosial ekonomi juga mempengaruhi.

Demikian pula, trauma kolektif akibat peristiwa besar seperti konflik, bencana, atau kekerasan politik, yang kemudian diwariskan lewat rasa takut, diam, dan tidak percaya pada sistem.

Anak-anak dari keluarga seperti ini sering kali membawa luka yang sama tanpa menyadarinya — misalnya merasa tidak cukup baik, sulit percaya pada orang lain, atau selalu cemas dalam hubungan.

baca juga

Dampak Jangka Panjang

Jika tidak disadari dan diolah, trauma generasional dapat memengaruhi kesehatan mental, seperti munculnya depresi, kecemasan, atau PTSD. Mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, membangun keintiman atau percaya pada orang lain.

Tidak hanya itu, pola hidup juga kecenderungan akan self-sabotage, perfeksionisme, atau ketakutan berlebihan terhadap kegagalan.

Penelitian oleh Fred Chou & Marla J. Buchanan (2020) dalam Intergenerational Trauma: A Scoping Review of Cross-Cultural Applications menunjukkan bahwa efek trauma lintas generasi dapat memengaruhi struktur identitas dan kemampuan adaptasi seseorang terhadap stres sosial.

Upaya Menyembuhkan Trauma Generasional

Kabar baiknya, pola ini bisa diputuskan. Berikut beberapa langkah penyembuhan yang dapat dilakukan:

  1. Meningkatkan kesadaran diri (self-awareness).
    Sadari bahwa luka masa lalu mungkin bukan milikmu sepenuhnya. Mengenali pola emosional dan reaksi otomatis adalah langkah pertama untuk sembuh.
  2. Terapi dan konseling profesional.
    Pendekatan seperti family therapy, inner child healing, atau trauma-informed therapy efektif membantu memutus rantai trauma.
  3. Membangun komunikasi sehat dalam keluarga.
    Belajar mendengarkan tanpa menghakimi dan mengekspresikan perasaan dengan jujur bisa menciptakan ruang aman antaranggota keluarga.
  4. Menulis atau journaling.
    Banyak penelitian menunjukkan bahwa menulis reflektif membantu seseorang memproses emosi dan memahami pengalaman hidupnya dengan lebih objektif.
  5. Menciptakan pola baru.
    Healing bukan hanya berhenti pada kesadaran, tapi juga membangun kebiasaan baru: berbicara dengan lembut, memaafkan, dan memberi kasih sayang pada diri sendiri.
baca juga

Mengapa Penting untuk Disadari?

Karena menyembuhkan trauma generasional bukan hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang generasi setelah kita. Setiap langkah kecil dalam penyembuhan, seperti mengenali emosi, memaafkan, atau mencari bantuan profesional, adalah bentuk keberanian untuk menghentikan siklus luka turun-temurun.

Seperti kata pepatah, “When you heal, you heal your bloodline.”
Ketika kita berani pulih, kita memberi ruang bagi generasi berikutnya untuk tumbuh tanpa beban masa lalu.


Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.