Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis laporan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2025. IPM adalah indeks komposit untuk mengukur capaian pembangunan kualitas hidup manusia.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2025 menunjukkan tren positif. Hampir seluruh komponennya mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga daya beli mengalami peningkatan.
Capaian ini menjadi sinyal membaiknya kualitas hidup masyarakat, sekaligus cerminan dari efektivitas kebijakan pembangunan manusia yang lebih inklusif.
Indikator Pembentuk IPM 2025
Ada 3 Indikator Pembangunan Manusia, yaitu umur harapan hidup saat lahir, rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah, serta pengeluaran riil per kapita per tahun yang disesuaikan.
1. Umur Harapan Hidup
Peningkatan umur harapan hidup (UHH) menjadi salah satu indikator yang paling mencolok dalam IPM tahun ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, UHH saat lahir pada 2025 mencapai 74,77 tahun, naik 0,32 tahun dibandingkan 2024 yang berada di angka 74,15 tahun.
Kenaikan ini menandakan semakin baiknya taraf kesehatan masyarakat. Tren positif tersebut dipicu oleh meningkatnya kesadaran melahirkan di fasilitas kesehatan, kebiasaan menggunakan air minum layak, serta akses layanan kesehatan yang makin merata hingga ke daerah.
2. Pendidikan: Harapan dan Rata-rata Lama Sekolah Naik
Sektor pendidikan juga menunjukkan perbaikan yang konsisten. Harapan Lama Sekolah (HLS) pada 2025 naik 0,09 tahun, mencapai 13,30 tahun. Angka ini menggambarkan potensi lama pendidikan yang dapat ditempuh generasi muda di Indonesia.
Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang merefleksikan lama pendidikan penduduk berusia 25 tahun ke atas turut naik 0,22 tahun, dari 8,85 tahun menjadi 9,07 tahun. Peningkatan ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin memiliki akses dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
3. Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun
Dari sisi ekonomi, pengeluaran riil per kapita per tahun yang disesuaikan juga mengalami kenaikan. BPS mencatat peningkatan sebesar Rp461 ribu dibandingkan tahun 2024.
Indikator ini menggambarkan perbaikan daya beli masyarakat berdasarkan konsumsi per kapita dengan harga konstan tahun 2012 dan wilayah acuan Jakarta Selatan.
Kenaikan di tiga dimensi utama IPM ini kesehatan, pendidikan, dan ekonomi mengisyaratkan bahwa kualitas hidup masyarakat Indonesia terus membaik.
Meski demikian, pemerataan antarwilayah masih menjadi tantangan besar yang perlu dijawab melalui kebijakan pembangunan yang lebih terarah dan berkelanjutan.
IPM 2025 Seluruh Provinsi Indonesia
Mari Kawan GNFI, eksplorasi daftar IPM dari yang tertinggi hingga terendah, seperti sebuah perjalanan melintasi keberagaman Nusantara:
- DKI Jakarta: 85,05
- Daerah Istimewa Yogyakarta: 82,48
- Kepulauan Riau: 80,53 .
- Kalimantan Timur: 79,39
- Bali: 79,37
- Sumatera Barat: 77,27
- Banten: 77,25
- Sumatera Utara: 76,47
- Sulawesi Utara: 76,32
- Riau: 76,31
- Aceh: 76,23
- Jawa Timur: 76,13
- Kalimantan Selatan: 76,10
- Sulawesi Selatan: 75,92
- Jawa Barat: 75,90
- Bengkulu: 75,68
- Kepulauan Bangka Belitung: 75,26
- Jambi: 75,13
- Kalimantan Tengah: 74,86
- Jawa Tengah: 74,77
- Sumatera Selatan: 74,76
- Papua: 74,69
- Sulawesi Tenggara: 74,25
- Maluku: 74,09
- Kalimantan Utara: 74,04
- Lampung: 73,98
- NTB (Nusa Tenggara Barat): 73,97
- Sulawesi Tengah: 72,82
- Gorontalo: 72,62
- Maluku Utara: 72,52
- Kalimantan Barat: 72,09
- Sulawesi Barat: 71,16
- Papua Barat Daya: 70,55
- NTT (Nusa Tenggara Timur): 69,89
- Papua Selatan: 69,54
- Papua Barat: 68,48
- Papua Tengah: 60,64
- Papua Pegunungan: 54,91
Data ini menggambarkan Indonesia sebagai mosaik pembangunan di mana Jakarta dan Yogyakarta memimpin dengan gemilang, sementara wilayah Papua menghadapi rintangan terberat.
Dengan IPM yang terus naik, ini adalah panggilan untuk kolaborasi lebih lanjut, memastikan setiap sudut negeri merasakan manfaat kemajuan. BPS telah memberikan peta jalan yang jelas; sekarang, giliran kita untuk melangkah maju bersama.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News