mengubah scroll jadi solusi saat generasi muda belajar bijak di dunia digital - News | Good News From Indonesia 2025

Mengubah Scroll jadi Solusi, ketika Generasi Muda Belajar Bijak di Dunia Digital

Mengubah Scroll jadi Solusi, ketika Generasi Muda Belajar Bijak di Dunia Digital
images info

Mengubah Scroll jadi Solusi, ketika Generasi Muda Belajar Bijak di Dunia Digital


Pagi hari, sebelum matahari benar-benar terbit, sebagian besar dari kita sudah menggenggam ponsel. Jemari otomatis membuka layar, menelusuri kabar terbaru, unggahan teman, hingga hiburan ringan di media sosial. Fenomena ini seolah menjadi rutinitas generasi digital hari ini scrolling tanpa henti.

Namun, di balik kebiasaan itu, muncul pertanyaan penting: apakah kita hanya menjadi konsumen informasi, atau justru bisa menjadikannya sumber solusi?

Generasi muda Indonesia kini tumbuh di tengah arus informasi yang tak terbendung. Berdasarkan laporan We Are Social (2024), rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu lebih dari 3 jam 10 menit per hari di media sosial.

Angka itu tinggi, tetapi bukan berarti semuanya negatif. Justru di sinilah tantangan sekaligus peluang muncul: bagaimana menjadikan aktivitas digital sebagai sarana belajar, berbagi, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.

baca juga

Belajar Bijak di Tengah Banjir Informasi

Kawan GNFI, dunia digital ibarat pisau bermata dua. Ia bisa membangun pengetahuan, tetapi juga bisa menyesatkan jika digunakan tanpa kesadaran. Banyak generasi muda kini mulai menyadari hal itu.

Kita bisa melihat bagaimana muncul berbagai akun edukatif di media sosial yang dikelola oleh anak muda dari topik sains, sejarah, keuangan, hingga lingkungan.

Gerakan seperti @indonesiamengajar, @siberkreasi, hingga kanal YouTube seperti Kok Bisa? menjadi contoh nyata bagaimana teknologi digunakan untuk mendidik dan memberdayakan. Mereka mengubah ruang digital dari sekadar hiburan menjadi tempat berbagi ide dan solusi.

Menurut data Kominfo (2024), terdapat lebih dari 5.000 inisiatif literasi digital di Indonesia yang digerakkan oleh relawan muda. Ini menunjukkan adanya pergeseran kesadaran: media sosial bukan hanya tempat untuk bersuara, tapi juga untuk belajar bersama.

Ketika Scroll menjadi Ruang Aksi

Fenomena menarik lainnya adalah munculnya gerakan sosial yang lahir dari ruang digital. Contohnya, kampanye #GerakanBijakDigital yang mendorong anak muda untuk tidak menyebar hoaks dan lebih aktif mengedukasi lingkungannya.

Ada pula gerakan #SaveOurOcean dan #BersihkanSampahPlastik yang memulai aksi lingkungan dari unggahan sederhana, lalu berkembang menjadi gerakan nyata di lapangan.

Banyak komunitas seperti Generasi Anti Hoax (GAH), Think Before You Share, dan Youthopia memanfaatkan platform digital untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial. Mereka tidak sekadar scrolling, tetapi mengubah setiap klik menjadi aksi positif.

Kawan GNFI, di sinilah esensi perubahan itu: dari konsumen informasi menjadi produsen nilai. Dunia digital kini bukan sekadar ruang untuk eksistensi diri, tetapi juga ruang kolaborasi untuk kebaikan bersama.

baca juga

Tantangan Etika dan Literasi Digital

Meski begitu, perubahan tidak datang tanpa tantangan. Di balik semangat kreatif itu, masih ada persoalan yang perlu kita hadapi bersama — seperti penyebaran disinformasi, ujaran kebencian, dan polarisasi digital.

Menurut laporan Digital Civility Index (Microsoft, 2023), Indonesia masih berada di peringkat 25 dari 32 negara dalam hal kesopanan digital. Artinya, kita masih harus belajar banyak tentang etika bermedia sosial.

Namun, bukan berarti kita pesimis. Banyak lembaga pendidikan dan komunitas kini mulai memasukkan literasi digital dan empati daring ke dalam kegiatan pembelajaran mereka.

Di berbagai universitas dan sekolah menengah, muncul program pelatihan untuk membentuk warga digital yang cerdas, santun, dan kritis.

Dengan langkah-langkah kecil ini, generasi muda Indonesia perlahan membangun budaya digital yang sehat — budaya yang menghargai kebenaran, menghormati perbedaan, dan mengedepankan kolaborasi.

Dari Scroll ke Solusi

Mengubah kebiasaan scrolling menjadi kebiasaan solving memang tidak mudah, tetapi bukan tidak mungkin. Semua dimulai dari kesadaran kecil: memilih informasi yang bermanfaat, menghindari konten negatif, dan ikut berbagi hal baik.

Kawan GNFI, masa depan digital Indonesia ada di tangan kita. Bukan di layar yang kita tatap, tapi pada keputusan yang kita ambil setiap kali menelusuri dunia maya. Saat kita belajar untuk lebih bijak dan bertanggung jawab, setiap guliran layar bisa menjadi langkah menuju perubahan.

baca juga

Akhirnya, dunia digital tidak akan menentukan arah bangsa ini, kitalah yang menentukannya. Dan di antara jutaan scroll setiap hari, semoga kita memilih menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar penonton perubahan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.