Sejak lama, Bali terkenal dengan pesona pariwisata yang unik. Ada perpaduan harmonis antara kearifan lokal dan alam. Keunikan ini bahkan sudah mendunia, karena subak ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO tahun 2012.
Sistem irigasi berusia ribuan tahun ini mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat adat Bali, karena menjadi potret perwujudan filosofi Tri Hita Karana. Secara garis besar, filosofi ini menekankan hubungan harmonis antara manusia dengan alam, Tuhan, dan sesamanya.
Meski begitu, pembangunan dan perkembangan di sektor pariwisata yang makin kesini kurang menyentuh aspek kearifan lokal pelan-pelan mulai menghadirkan masalah soal keberlanjutan. Disinilah Astungkara Way lalu hadir.
Dari namanya saja, sudah terselip doa dan vibrasi positif. Dalam bahasa Bali, Astungkara adalah sebuah kosakata doa, yang dalam bahasa Indonesia berarti "semoga" atau "atas kehendak Tuhan". Ada kombinasi antara harapan dan panggilan bertindak yang nyata di sini.
Sesuai nama dan maknanya, Astungkara Way hadir sebagai sebuah gerakan kolektif yang menghidupkan kembali semangat sejati Bali. Sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana.
Dimana, sektor pariwisata dan pertanian dapat saling mendukung untuk mewujudkan manfaat ekonomi optimal dari sektor pariwisata dan pelestarian budaya, tanpa merusak kelestarian lingkungan. Gerakan ini menawarkan model transformatif, yang mengupayakan terwujudnya masa depan berkelanjutan dan sejahtera bagi Bali.
Pada tahap awal, Astungkara Way melakukan upaya regeneratif, berupa restorasi ekosistem persawahan Bali. Sejak lama, sawah merupakan urat nadi kehidupan dan budaya Bali.
Masalahnya, perkembangan metode pertanian yang banyak memakai bahan kimia telah mengikis kesuburan tanah, mengancam keanekaragaman hayati, dan membebani finansial petani. Maka, disinilah Astungkara Way hadir membantu petani bertransisi ke metode pertanian regeneratif.
Mereka menerapkan metode Complex Rice Systems (CRS). Metode berbasis penelitian ini memposisikan sawah sebagai satu ekosistem utuh, bukan hanya lahan pertanian monokultur. Di sini, jerami padi yang biasanya dibakar diubah menjadi pupuk kompos, yang menghidupkan kembali biota tanah.
Pada prosesnya, tanaman batas seperti kacang-kacangan ditanam untuk mengikat nitrogen, dan menarik serangga predator, yang mengendalikan hama secara alami. Dengan metode organik ini, kebutuhan akan pupuk dan pestisida kimia bisa berkurang secara signifikan.
Selama bertahun-tahun, banyak pemuda Bali beralih ke sektor pariwisata, yang memang menjanjikan secara ekonomi. Meski begitu, sektor ini masih rentan terhadap dinamika kondisi ekonomi dan situasi tak terduga, seperti pandemi global beberapa tahun lalu.
Astungkara Way jeli jeli melihat potensi peluang dibalik masalah ini. Mereka lalu memberikan pelatihan praktis dan pendampingan kepada generasi muda yang berminat.
Pendekatan mereka membuat metode pertanian regeneratif terlihat keren, relevan, dan yang terpenting, layak secara ekonomi. Sebuah upaya serius, dalam menjadikan pertanian sebagai pilihan karir menarik bagi generasi muda Bali.
Melalui program pelatihan yang praktis, mereka menawarkan pembelajaran langsung di sawah, bukan di ruang kelas. Ini membuat generasi muda di Bali dapat belajar tentang kesehatan tanah, restorasi ekosistem, dan ketahanan pangan, langsung dari para petani lokal.
Selain pertanian, konsep regeneratif juga diterapkan Astungkara Way di sektor pariwisata. Mereka menawarkan paket wisata "healing" jelajah alam selama 6 hari, yang melintasi wilayah tengah hingga utara Bali.
Selama perjalanan, ada kesempatan berinteraksi dengan warga setempat, dan berkenalan dengan kearifan lokal. Meski bersifat personal, wisata berkonsep "perjalanan spiritual" ala Camino de Santiago (Spanyol) ini mampu menghadirkan dampak positif dari segi manfaat ekonomi dan interaksi sosial-budaya, tanpa merusak lingkungan.
Dari sebuah doa dan panggilan yang dihayati, Astungkara Way membuktikan, pariwisata dan pertanian di Bali dapat bersinergi, bahkan tetap relevan di era modern. Dari sinilah, kelestarian lingkungan, konservasi budaya, dan kesejahteraan masyarakat dapat berkembang bersama.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News